Sebuah kapal Bizantium menggunakan Api Yunani terhadap kapal pemberontak, Thomas si Slav, 821. Ini merupakan ilustrasi abad ke-12 dari Madrid Skylitzes

Api Yunani (juga disebut api Bizantium, api Romawi Timur, atau api cair) adalah senjata pembakar yang digunakan oleh Kekaisaran Romawi Timur mulai c. 672. Senjata ini digunakan untuk membakar kapal musuh dan dibuat dari senyawa mudah terbakar yang dipancarkan oleh pelontar api. Beberapa sejarawan berspekulasi bahwa api ini bisa dinyalakan saat kontak dengan air, dan mungkin berbahan dasar nafta serta kapur tohor. Bizantium biasanya menggunakannya dalam pertempuran laut untuk memberikan efek yang besar, karena konon bisa terus terbakar saat mengambang di atas air. Keuntungan teknologi yang diberikannya membawa banyak kemenangan yang diraih Bizantium, terutama keselamatan Konstantinopel dari pengepungan Arab pertama dan kedua, sehingga mengamankan kelangsungan hidup Kekaisaran.[1]

Api Yunani membuat terkesan para tentara Salib Eropa barat, sehingga nama itu kemudian dipakai untuk menyebut segala jenis senjata pembakar, termasuk yang digunakan oleh orang Arab, Tiongkok, dan Mongol. Namun, campuran ini menggunakan formula yang berbeda dari api Yunani Bizantium, yang merupakan rahasia negara yang dijaga ketat. Bizantium juga menggunakan nozel bertekanan untuk memproyeksikan cairan ke musuh, dengan cara yang menyerupai penyembur api modern.[2]

Proses pembuatan cairan ini sangat dirahasiakan militer; begitu rahasia, sampai sekarang pun kita masih belum tahu bagaimana api ini dibuat. Sumber yang bervariasi berspekulasi bahwa api ini terdiri dari belerang, kapur tohor, dan minyak bumi. Kemungkinan bahan pembuatnya terdiri dari kalsium fosfida, dibuat dengan memanaskan tohor, tulang, dan batu bara. Begitu terkena air kalsium fosfida melepaskan fosfin, yang menyala seketika.

Referensi

Kutipan

  1. ^ Pryor & Jeffreys 2006, hlm. 608–609.
  2. ^ Forbes 1959, hlm. 83.

Sumber

Pranala luar