Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.Cari sumber: "Budaya politik" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.[1]

Bagian-bagian budaya politik

Secara umum budaya politik terbagi atas tiga:[2]

  1. Budaya politik apatis (tidak acuh, masa bodoh, dan pasif)
  2. Budaya politik mobilisasi
  3. (didorong sengaja dimobilisasi)
  4. Budaya politik partisipatif (aktif)

Tipe-tipe budaya politik

Berikut tipe-tipe budaya politik:[3]

Budaya politik yang berkembang di Indonesia

Gambaran sementara tentang budaya politik Indonesia, yang tentunya harus di telaah dan di buktikan lebih lanjut, adalah pengamatan tentang variabel sebagai berikut:[2]

Budaya Politik di Indonesia

Berikut budaya politik di Indonesia:[2]

Masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing terpisah melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal usul kelas masing-masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara lain tercemin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya.

Pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di Indonesia.Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya.

Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial.
Ciri-ciri birokrasi modern:
  • Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam organisasi
  • Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tegas
  • Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya
  • Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.

Referensi

  1. ^ Sumartono, Sumartono (2018-06-29). "Budaya Politik dalam Masyarakat Pragmatis". LUGAS Jurnal Komunikasi (dalam bahasa Inggris). 2 (1): 20–26. doi:10.31334/jl.v2i1.119. ISSN 2621-1564. 
  2. ^ a b c Yusuf, M. (2016). "Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia". JURNAL SERAMBI ILMU (dalam bahasa Inggris). 17 (1). doi:10.32672/si.v11i1.218. ISSN 2549-2306. 
  3. ^ Majidah, Isni; Anjar, Agus (2022-07-16). "Tipe-Tipe Budaya Politik Dikalangan Siswa/Siswi IPS". Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran (dalam bahasa Inggris). 6 (2): 363–371. doi:10.23887/jipp.v6i2.44119. ISSN 2615-6091. 

Lihat pula