Turnamen | Liga Champions UEFA 2006–07 | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||
Tanggal | 23 Mei 2007 | ||||||
Stadion | Stadion Olimpiade, Athena | ||||||
Pemain Terbaik | Filippo Inzaghi (Milan)[1] | ||||||
Wasit | Herbert Fandel (Jerman)[2] | ||||||
Penonton | 63.000[1] | ||||||
Cuaca | Sedikit berawan 24 °C (75 °F) Kelembapan 46%[3] | ||||||
Final Liga Champions UEFA 2007 adalah sebuah pertandingan sepak bola yang mempertemukan A.C. Milan dari Italia dan Liverpool F.C. dari Inggris pada tanggal 23 Mei 2007 di Stadion Olimpiade, Athena, Yunani. Pertandingan ini adalah puncak dari turnamen antar klub sepak bola tertinggi di Eropa, Liga Champions UEFA 2006–07. Kedua tim yang tampil telah bertemu sebelumnya di final tahun 2005 di mana Liverpool menang dengan skor 3–2 melalui adu penalti setelah pertandingan berakhir imbang 3–3.
Kedua tim harus melewati lima babak sebelum mencapai final. Kedua tim masuk melalui babak kualifikasi ketiga dan meraih peringkat pertama di grup masing-masing sebelum mencapai fase gugur. Milan mengalahkan Celtic melalui gol tunggal Kaká, kemudian mengalahkan Manchester United dengan agregat skor 5–3 di babak semi final. Liverpool mengalahkan juara bertahan Barcelona dengan aturan gol tandang di babak perdelapan final dan mengalahkan Chelsea melalui adu penalti di babak semi final.
Sebelum pertandingan dimulai, terjadi permasalahan tiket karena sejumlah besar penonton dapat masuk ke stadion tanpa memiliki tiket yang sah. Setelah pertandingan, seorang juru bicara UEFA menuduh Liverpool memiliki pendukung terburuk di Eropa, sebuah klaim yang kemudian disangkal oleh presiden UEFA Michel Platini. Disaksikan oleh 63.000 penonton, Milan memimpin di babak pertama ketika tendangan bebas Andrea Pirlo dibelokkan oleh Filippo Inzaghi ke dalam gawang Liverpool. Milan memperlebar keunggulan mereka setelah Inzaghi mencetak gol kedua. Liverpool mencetak gol melalui Dirk Kuyt, tetapi tidak mampu menyamakan kedudukan hingga pertandingan berakhir. Milan memenangi pertandingan dengan skor 2–1 dan meraih gelar ketujuh mereka di Liga Champions UEFA.
Pertandingan ini merupakan penampilan kesebelas Milan di babak final. Mereka telah menang sebanyak enam kali (1963, 1969, 1989, 1990, 1994, 2003) dan kalah empat kali (1958, 1993, 1995, 2005).[13] Liverpool tampil dalam final ketujuh mereka, sebelumnya telah memenangkan kompetisi sebanyak lima kali (1977, 1978, 1981, 1984, 2005) dan kalah pada final tahun 1985 dari Juventus. Final edisi ini merupakan pertandingan ulangan dari tahun 2005 yang dimenangkan oleh Liverpool dengan skor 3–2 melalui adu penalti, setelah mengejar ketertinggalan tiga gol di babak pertama dan menyamakan kedudukan menjadi 3–3.
Stadion Olimpiade di Athena dipilih sebagai tempat pertandingan final Liga Champions UEFA 2007 pada April 2005 dalam pertemuan Komite Eksekutif UEFA di Tallinn, Estonia. Dalam pertemuan ini juga ditentukan tempat pertandingan untuk final Liga Champions UEFA 2006 serta final Piala UEFA 2006 dan 2007.[14] Sesaat sebelum final, piala Liga Champions UEFA dikembalikan kepada UEFA oleh Ludovic Giuly, yang mewakili juara tahun 2006, Barcelona. Presiden UEFA Michel Platini kemudian menyerahkan piala kepada Wali kota Athena, Nikitas Kaklamanis, sehingga dapat dipajang di dalam kota.[15] Stadion ini pernah menyelenggarakan beberapa pertandingan final sebelumnya. Final terakhir yang diselenggarakan di stadion ini adalah tahun 1994. Secara kebetulan, Milan merupakan pemenang pada edisi tersebut, mengalahkan Barcelona dengan skor 4-0. Final lainnya yang digelar di stadion tersebut adalah tahun 1983, ketika Hamburg mengalahkan Juventus dengan skor 1-0. Stadion ini juga telah menjadi tuan rumah final Piala Winners UEFA pada tahun 1987, ketika Ajax mengalahkan Lokomotiv Leipzig dengan skor 1–0.[16]
Adidas, pemasok bola resmi seluruh turnamen besar UEFA, FIFA dan IOC, meluncurkan bola resmi untuk pertandingan final ini pada tanggal 9 Maret 2007, dengan nama Adidas Finale Athena. Desain Adidas Finale Athena didasarkan pada logo starball Liga Champions UEFA yang telah dikenal secara luas dan warna biru-putih mewakili warna bendera nasional Yunani.[17] Pertandingan ini mempertemukan dua pemain yang berada dalam daftar pencetak gol terbanyak. Kaká berada di puncak daftar pencetak gol dengan perolehan sepuluh gol dan Peter Crouch yang berada di posisi ketiga dengan perolehan enam gol secara keseluruhan.[18]
Meskipun diundi sebagai tim "kandang", Milan memilih untuk menggunakan kostum putih-putih di pertandingan final kali ini. Mereka menganggap bahwa kostum ini merupakan "kostum keberuntungan" (bahasa Italia: maglia fortunata), setelah memenangkan Piala/Liga Champions Eropa sebanyak lima kali saat menggunakan warna tersebut. Namun, Milan juga kalah dalam dua final saat menggunakan kostum putih-putih, yang terbaru adalah saat melawan Liverpool pada tahun 2005.[19] Keputusan yang dibuat oleh Milan membuat Liverpool bermain di babak final menggunakan baju berwarna merah, celana pendek merah dan kaus kaki merah. Lima gelar Liverpool dimenangkan dengan kostum merah dan dua di antaranya ketika mereka menghadapi tim asal Italia yang berkostum putih.
Milan menurunkan susunan pemain tertua di final Liga Champions, dengan rata-rata usia 31 tahun, 34 hari, sementara Paolo Maldini adalah pemain tertua yang pernah bermain di final, dengan usia 38 tahun dan 331 hari.[20] Pelatih Milan Carlo Ancelotti memilih untuk menurunkan penyerang Filippo Inzaghi, yang tidak dapat bermain pada final tahun 2005 dan digantikan Hernán Crespo. Pelatih Liverpool Rafael Benítez memilih untuk memainkan lima orang gelandang dengan Jermaine Pennant dan Boudewijn Zenden sebagai sayap, sementara Steven Gerrard ditempatkan di belakang penyerang tunggal Dirk Kuyt. Liverpool menurunkan lima pemain yang bermain di final tahun 2005: Xabi Alonso, Jamie Carragher, Steve Finnan, Steven Gerrard dan John Arne Riise.[21]
Dari 63.800 tiket untuk pertandingan final, hanya 9.000 tiket yang dijual secara umum; sisanya dibagi kepada dua tim, yang mendapatkan masing-masing 17.000, serta keluarga dan sponsor UEFA, yang menerima 20.800 tiket.[22][23] Hal Ini menyebabkan beberapa masalah sebelum pertandingan. Saat pendukung masih mengantre untuk masuk ke stadion, kepolisian Yunani melaporkan bahwa stadion telah penuh dan menolak sejumlah pendukung yang memiliki tiket asli.[24] Sumber dari UEFA menyatakan bahwa sebanyak 5.000 pendukung tanpa tiket atau palsu telah memasuki Stadion Olimpiade yang berkapasitas 74.000. Secara bersamaan, ribuan pendukung dengan tiket asli yang ditolak masuk karena polisi menutup jalan masuk ke stadion khawatir tidak dapat masuk.[25] Hal ini menyebabkan situasi menjadi kacau, setelah beberapa pendukung Liverpool mencoba untuk menerobos pos pemeriksaan, yang dibuat oleh kepolisian Yunani. Polisi anti huru hara Yunani menggunakan gas air mata dan pentungan untuk membubarkan kerumunan massa. Juru bicara UEFA William Gaillard menyalahkan pendukung Liverpool untuk menyebabkan masalah, menyatakan, "Pendukung Milan tidak mengalami masalah yang sama karena mereka berperilaku baik".[26]
Sebuah laporan UEFA yang dirilis segera setelah pertandingan final berakhir menyatakan pendukung Liverpool sebagai "pendukung terburuk di Eropa", dengan Gaillard yang menyatakan: "Apakah pendukung tim lain mencuri tiket dari sesama pendukung atau dari tangan anak-anak?"[27] Namun, Presiden UEFA Michel Platini kemudian membantah pernyataan ini.[28] UEFA sendiri dikritik karena prosedur pemeriksaan tiket yang buruk dan ketidaksiapan berurusan dengan jumlah pendukung yang banyak.[29] Sementara itu, pemilik Liverpool Tom Hicks menjelaskan bahwa alokasi 17.000 tiket dari UEFA untuk masing-masing tim, setelah mengetahui bahwa Liverpool akan membawa 40.000 pendukung, merupakan "hal yang gila" dan menuduh Gaillard menyalahkan pendukung Liverpool untuk menutupi kesalahannya sendiri.[30] UEFA juga mendapatkan kritik dari Milan dan Liverpool karena kurangnya dukungan bagi pendukung berkebutuhan khusus, setelah hanya menyediakan enam belas tiket untuk masing-masing tim.[31]
Milan memenangkan undian dan Liverpool memulai tendangan pertama. Bermain menggunakan formasi 4-2-3-1, mereka memiliki kesempatan menyerang pertama pada pertandingan ini, tetapi Jermaine Pennant tidak bisa mencapai umpan silang Steven Gerrard. Milan merespons dengan dua upaya mencetak gol, tetapi Jamie Carragher mampu membuang bola keluar lapangan permainan. Clearance kedua menghasilkan tendangan sudut untuk Milan, tetapi tidak dapat dimanfaatkan untuk mencetak gol.[32] Liverpool memiliki kesempatan pertama di menit kesembilan. Kesalahan dari bek Milan Marek Jankulovski memberikan kesempatan untuk Pennant menerobos pertahanan Milan, dia memberikan bola ke Dirk Kuyt yang mengumpan kembali kepadanya, Tendangan Pennant dapat diselamatkan oleh penjaga gawang Milan Dida. Beberapa menit kemudian Gerrard memenangkan duel udara dan memberikan bola kepada Pennant, tetapi Gerrard tidak berhasil menyentuh bola yang diumpan oleh Pennant. Milan mendapatkan tembakan pertama mereka di pertandingan ini beberapa menit kemudian. Kaká mendapat bola di luar area kotak penalti dan bergerak ke arah kanan sebelum melakukan tembakan, tetapi penjaga gawang Liverpool Pepe Reina menggagalkan tembakan ini. Tekanan terus menerus yang dilakukan oleh pemain Liverpool membuat bek Milan Massimo Oddo salah membaca umpan silang dari Pennant, Gerrard menerima bola tersebut tetapi tembakannya tidak mengarah ke gawang.
Liverpool mendapatkan kesempatan lain di menit ke-27. Pertahanan Milan yang panik dalam mencegah peluang mencetak gol dari penyerang Liverpool, menyebabkan bola diumpan ke Xabi Alonso, dan tembakannya melebar di sebelah gawang Milan. Kesalahan dari Jankulovski memberikan kesempatan bagi Gerrard untuk mengoper bola ke Kuyt yang berada di kotak penalti, tetapi dapat diblok oleh bek Milan Alessandro Nesta. Gelandang Milan Gennaro Gattuso adalah pemain pertama yang menerima kartu kuning setelah melakukan pelanggaran pada Alonso di menit ke-40.[33] Semenit kemudian, Alonso melakukan pelanggaran pada Kaká di tepi kotak penalti Liverpool, sehingga wasit memberikan tendangan bebas bagi Milan. Tendangan bebas yang dilakukan oleh Andrea Pirlo berbelok setelah menyentuh bahu penyerang Milan Filippo Inzaghi. Defleksi mengakibatkan bola melewati kiper Liverpool Pepe Reina, yang terlebih dahulu melompat untuk mengantisipasi arah bola. Tayangan ulang menunjukkan bahwa bola mengenai lengan atas Inzaghi, tetapi wasit tidak menilai ini sebagai handball.[b][35] Inzaghi kemudian mengatakan bahwa dia tidak berniat membelokkan bola dengan lengannya.[36] Milan mempertahankan keunggulan 1–0 hingga akhir babak pertama.
Milan memulai tendangan pertama pada babak kedua. Setelah dua menit pertandingan berjalan, Liverpool mendapatkan kesempatan menyerang pertama tetapi Nesta melakukan tekel pada Gerrard sebelum dia dapat mencapai umpan Kuyt.[20] Jankulovski menerima kartu kuning pada menit ke-54 setelah menjatuhkan Pennant.[32] Sesaat kemudian, Milan mendapatkan kesempatan menyerang. Pirlo menerima bola dari sundulan Clarence Seedorf, Pirlo mengirimkan umpan tinggi kepada Kaká yang dianggap berada pada posisi offside oleh asisten wasit, meskipun berada di belakang pertahanan lawan saat umpan diberikan.[20] Milan memulai serangan lainnya, tetapi pemain bertahan Liverpool Daniel Agger melakukan tekel kepada Inzaghi sebelum dia melakukan tendangan.[20] Liverpool menerima kartu kuning pertama pada menit ke-59 saat Javier Mascherano menjatuhkan Pirlo.[32] Setelah mendapatkan kartu kuning, Liverpool memutuskan untuk mengganti Boudewijn Zenden dengan Harry Kewell.[33] Peluang terbaik Liverpool terjadi semenit kemudian. Gerrard memanfaatkan kesalahan Gattuso dan berhadapan satu lawan satu dengan Dida, tetapi tendangannya terlalu lemah untuk melewati penjaga gawang Milan.[32]
Liverpool mulai meningkatkan tekanan dengan bermain di depan area kotak penalti Milan, sedangkan Milan tidak dapat menguasai bola dengan baik.[20] Dalam usaha mencetak gol penyeimbang kedudukan, pelatih Liverpool Rafael Benítez mengganti Mascherano dengan Peter Crouch yang berposisi sebagai penyerang.[21] Milan menyerang beberapa menit kemudian, tetapi Inzaghi tidak dapat mengendalikan bola dengan baik. Inzaghi menebus kesalahanya beberapa menit kemudian dengan mencetak gol kedua Milan. Setelah Mascherano diganti, Kaká mendapat ruang untuk memberikan umpan kepada Inzaghi, yang kemudian berhadapan dengan kiper Liverpool Reina dan memasukkan bola ke gawang untuk membuat skor menjadi 2–0 untuk keunggulan Milan.[32] Liverpool menipiskan ketertinggalan pada menit ke-88 setelah Kuyt mencetak gol dengan memanfaatkan tendangan pojok Pennant.[20] Meskipun begitu, Liverpool gagal mencetak gol kedua dan wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan dengan skor 2–1 untuk kemenangan Milan.[21]
Milan[3]
|
Liverpool[3]
|
|
|
Pemain Terbaik: Asisten wasit:
|
Peraturan pertandingan
|
Statistik | Milan | Liverpool |
---|---|---|
Gol | 1 | 0 |
Jumlah tembakan | 2 | 5 |
Tembakan ke gawang | 2 | 1 |
Penguasaan bola | 58% | 42% |
Tendangan sudut | 1 | 1 |
Pelanggaran | 7 | 16 |
Offside | 1 | 2 |
Kartu kuning | 1 | 0 |
Kartu merah | 0 | 0 |
Statistik | Milan | Liverpool |
---|---|---|
Gol | 1 | 1 |
Jumlah tembakan | 3 | 7 |
Tembakan ke gawang | 1 | 3 |
Penguasaan bola | 47% | 53% |
Tendangan sudut | 3 | 5 |
Pelanggaran | 8 | 11 |
Offside | 2 | 1 |
Kartu kuning | 1 | 2 |
Kartu merah | 0 | 0 |
Statistik | Milan | Liverpool |
---|---|---|
Gol | 2 | 1 |
Jumlah tembakan | 5 | 12 |
Tembakan ke gawang | 3 | 4 |
Penguasaan bola | 53% | 47% |
Tendangan sudut | 4 | 6 |
Pelanggaran | 15 | 27 |
Offside | 3 | 3 |
Kartu kuning | 2 | 2 |
Kartu merah | 0 | 0 |
Piala diserahkan kepada kapten Milan Paolo Maldini di kotak Guest of Honour,[c] setelah presiden UEFA Michel Platini ingin kembali ke tradisi lama di mana kapten tim pemenang menerima piala di tengah para pendukung. Pada beberapa tahun terakhir, telah menjadi kebiasaan bahwa penyerahan piala dilakukan di podium yang dibangun di tengah lapangan. Ini merupakan pertama kalinya piala diserahkan kepada kapten tim pemenang oleh presiden UEFA yang sebelumnya pernah saling berhadapan; saat musim terakhir Michel Platini bersama Juventus dan Paolo Maldini membuat debut profesionalnya bersama Milan.[13]
Pelatih Milan Carlo Ancelotti puas dengan kesuksesan timnya. Posisi Ancelotti di Milan sempat terancam setelah mendapatkan rentetan hasil buruk pada bulan Desember, sehingga kemenangan ini memiliki arti lebih bagi Ancelotti: "Ketika saya mengingat kembali ke bulan Desember, kami telah melewati banyak rintangan sehingga kemenangan ini menjadi sangat spesial."[41] Gelandang Milan Clarence Seedorf, yang telah meraih empat gelar di kompetisi ini, bangga dengan pencapaian timnya: "Saya bangga menjadi bagian dari tim ini. Kami bekerja keras tahun ini, tahun yang sangat sulit."[42]
Sejumlah pemain Milan yang bermain di final tahun 2005 puas dengan kemenangan ini setelah kalah dua tahun lalu. Kaká menyatakan bahwa hal tersebut membuat hasil final kali ini menjadi lebih manis: "Apa yang terjadi sangat aneh, hanya enam menit kami bermain tidak bagus dan mendapat bayarannya." Gelandang Milan Gennaro Gattuso menyuarakan hal yang sama dengan rekan setimnya: "Kekalahan dua tahun yang lalu akan saya ingat seumur hidup, tetapi kali ini lain cerita. Sekarang giliran kami untuk berpesta." Penyerang Filippo Inzaghi, yang tidak dapat tampil pada final tahun 2005, puas dengan dua gol yang dia cetak pada final kali ini: "Saya telah mencetak beberapa gol di kompetisi Eropa, tetapi mencetak gol di final Liga Champions merupakan sesuatu yang spesial." Presiden dan pemilik Milan Silvio Berlusconi juga puas dengan kesuksesan timnya, menambahkan bahwa "keberuntungan yang tidak kami miliki di Istanbul, bersama kami malam ini."[42]
Pelatih Liverpool Rafael Benítez kecewa dengan timnya tidak mampu mengulangi pencapaian tahun 2005, di mana mereka mengalahkan Milan dalam adu penalti. Namun, dia tetap bangga dengan usaha para pemainnya: "Terima kasih untuk pendukung kami, staf dan pemain saya bekerja keras dan pantas mendapatkan apresiasi." Benítez telah berencana untuk melakukan transfer setelah pertandingan ini, mengisyaratkan bahwa timnya tidak memiliki pemain sekaliber Milan: "Kalian dapat melihat kualitas yang mereka miliki, dan kami harus berpikir bagaimana membuat tim kami menjadi lebih baik lagi."[41]
Kapten Liverpool Steven Gerrard menyatakan bahwa meskipun kalah Liverpool akan kembali di musim depan dengan kekuatan yang lebih baik: "Kami harus mengangkat kepala kami, istirahat dengan baik di musim panas dan kembali maju di musim depan." Gerrard berpikir bahwa Liverpool mengendalikan babak pertama, tetapi tidak dapat mengendalikan babak kedua. Gerrard menyuarakan hal yang sama dengan sang pelatih terkait kedatangan pemain baru di klub: "Kami harus menjadi lebih kuat dan mendatangkan beberapa pemain berkualitas. Pelatih dan pihak pengambil keputusan di klub telah mengetahui hal ini sehingg musim panas akan menjadi menarik."[43]
Memenangkan Liga Champions membuat Milan mendapatkan hak untuk melakoni laga Piala Super UEFA 2007 menghadapi pemenang Piala UEFA Sevilla. Pertandingan ini dibayangi oleh kematian pemain Sevilla Antonio Puerta, yang memunculkan kemungkinan bahwa Piala Super akan dibatalkan. Pertandingan tetap diselenggarakan, Milan mengalahkan Sevilla dengan skor 3–1 sekaligus mengamankan gelar Piala Super Eropa kelima mereka.[44] Milan juga berhak untuk berkompetisi di Piala Dunia Antarklub FIFA 2007. Mereka memasuki kompetisi di babak semi final, mengalahkan tim asal Jepang Urawa Red Diamonds dengan skor 1–0 untuk melaju ke pertandingan final di mana mereka bertemu tim asal Argentina Boca Juniors. Milan memenangkan pertandingan dengan skor 4–2 dan meraih gelar Piala Dunia Antarklub pertamanya.[45]