Sekelompok frater; para novis Ordo Augustinianorum Recollectorum di biara Marcilla, Navarre

Frater adalah sebutan bagi anggota tarekat/ordo mendikan yang terbentuk pada abad ke-12 atau ke-13. Sesuai dengan pengertiannya, frater dicirikan dengan hidup memiskinkan diri dan berkelana. Kegiatan para frater dijalankan di bawah yurisdiksi seorang superior jenderal, dari sikap setia pada satu biara tertentu yang menjadi ciri khas ordo monastik lama dan yang diresmikan melalui kaul stabilitas. Tarekat-tarekat fakir yang terkemuka adalah Dominikan, Fransiskan, Agustinian, dan Karmelit.[1]

Di Indonesia, istilah frater juga merujuk pada orang-orang yang menjalani pendidikan dan pembinaan di seminari tinggi untuk mempersiapkan diri menjadi imam Gereja Katolik.[2]

Etimologi

Istilah frater dalam bahasa Indonesia berasal dari kata frater (saudara) dalam bahasa Latin, yang banyak digunakan dalam Alkitab Perjanjian Baru bahasa Latin sebagai sebutan bagi angota-anggota jemaat Kristen. Padanan bahasa Spanyol untuk istilah ini adalah "Fray", yang kadang-kadang digunakan sebagai gelar di wilayah-wilayah bekas jajahan Spanyol seperti Filipina atau kawasan barat daya Amerika Serikat, misalnya Fray Juan de Torquemada.

Anggota ordo mendikan

Frater boleh saja berasal dari kalangan rohaniwan (uskup, imam, dan diakon) maupun bruder. Oleh karena itu, istilah frater berbeda dari istilah biarawan. Frater terpanggil untuk menjalankan nasihat Injil (kaul kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan) sambil berbakti bagi masyarakat, bukan dengan bertarak dan beribadat dalam keterkucilan. Jika para rahib hidup dalam paguyuban swasembada, maka para frater berkarya di tengah-tengah masyarakat awam dan hidup dari derma atau sumbangsih lain.[3] Seorang rahib atau rubiah mengikrarkan kaul-kaulnya dan mengikatkan diri pada suatu paguyuban tertentu di suatu tempat tertentu. Para frater mengikatkan diri pada suatu paguyuban yang tersebar dalam lingkup geografis yang lebih luas yang disebut provinsi, dan oleh karena itu lazim berpindah-pindah tempat tinggal, dari satu wisma paguyuban ke wisma paguyuban yang lain dalam lingkup provinsi mereka.

Dalam Gereja Katolik Roma, ada dua golongan tarekat para frater atau tarekat fakir: empat "tarekat besar" dan "tarekat-tarekat kecil".

Tarekat-tarekat besar

Empat tarekat besar dibahas dalam Konsili Lyon II (1274), yakni:

Frater-frater Fransiskan Konventual mengenakan habit abu-abu

Tarekat-tarekat kecil

Ada berbagai tarekat kecil, antara lain:

Calon imam

Istilah frater juga digunakan untuk menyebut "calon imam", atau orang-orang yang sedang menjalani pendidikan di seminari tinggi untuk menjadi imam Gereja Katolik, baik imam diosesan maupun imam tarekat. Untuk menjadi imam, seorang frater harus menempuh sekurang-kurangnya delapan tahun pendidikan dan pelatihan, ditambah seorang frater harus ditahbiskan sebagai diakon terlebih dahulu. Terdapat enam tahapan yang harus dilalui oleh frater untuk dapat ditahbiskan menjadi imam.[5][6]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ Stravinskas, Peter M.J., ed. (April 1, 2002). Catholic Dictionary, Revised. Huntington, Ind.: Our Friday Visitor. ISBN 978-0879733902. 
  2. ^ (Indonesia) Arti kata Frater dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
  3. ^ Catholic encyclopedia entry for "friar"
  4. ^ "The Carmelite Order". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2000-08-16. Diakses tanggal 2017-06-30. 
  5. ^ "Perjalanan Panjang Pendidikan Menjadi Pastor". Asumsi. 2022-06-14. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-21. Diakses tanggal 2023-05-21. 
  6. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-21. Diakses tanggal 2023-05-21. 
  7. ^ Hariyadi, Mathias (2018-08-05). "Tahbisan Diakon dan Tahbisan Imam di Gereja St. Yoseph Katedral Pontianak (4) | SESAWI.NET" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-21. Diakses tanggal 2023-05-21.