Jawa Barat | |
---|---|
Jabar | |
Transkripsi bahasa Sunda | |
• Aksara Sunda | ᮏᮝ ᮊᮥᮜᮧᮔ᮪ |
• Pegon | ڤرَوفينسي جاوا كولَون |
• Romanisasi bahasa Sunda | Jawa Kulon |
Dari pojok kiri atas searah jarum jam: Gedung Sate, Cukang Taneuh, Gunung Tangkubanparahu, Puncak, Kawah Putih, Keraton Kasepuhan dan Palabuhanratu. | |
Julukan: Tatar Sunda | |
Motto: | |
![]() Peta | |
Negara | ![]() |
Dasar hukum pendirian | UU No. 11 Tahun 1950 |
Hari jadi | 19 Agustus 1945[2] |
Ibu kota | Kota Bandung |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Ridwan Kamil |
• Wakil Gubernur | Uu Ruzhanul Ulum |
• Sekretaris Daerah | Setiawan Wangsaatmaja |
• Ketua DPRD | Taufik Hidayat |
Luas | |
• Total | 35.377,76 km2 (13,659,43 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 48.782.408 |
• Peringkat | 1 |
• Kepadatan | 1.379,00/km2 (3,571,6/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam (97,22%) Kristen (2,45%) — Protestan (1,83%) — Katolik (0,65%) Buddha (0,22%) Hindu (0,04%) Konghucu (0,03%) Kepercayaan (0,01%)[4] |
• Bahasa | |
• IPM | ![]() Tinggi[5] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | 16xxx-17xxx, 40xxx-41xxx, dan 43xxx-46xxx |
Kode area telepon | Daftar
|
Kode ISO 3166 | ID-JB |
Pelat kendaraan | Daftar
|
Kode Kemendagri | 32 ![]() |
APBD | Rp 28.530.972.638.325,-[6] (2015) |
PAD | Rp 23.989.000.087.978,-[7] |
DAU | Rp 3.306.552.702.000,- (2020)[8] |
Lagu daerah | "Manuk Dadali" "Bubuy Bulan" "Tokecang" |
Rumah adat | Rumah Kasepuhan Julang Ngapak |
Senjata tradisional | Kujang |
Flora resmi | Gandaria |
Fauna resmi | Macan tutul jawa |
Situs web | jabarprov |
Jawa Barat (disingkat Jabar, bahasa Sunda: ᮏᮝ ᮊᮥᮜᮧᮔ᮪, Pegon: ڤرَوفينسي جاوا كولَون) adalah sebuah provinsi di Indonesia, ibu kotanya berada di kota Bandung. Pada tahun 2021 penduduk provinsi Jawa Barat berjumlah 48.782.408 jiwa, dengan kepadatan 1.379 jiwa/km2.[3]Berdasarkan sensus BPS pada tahun 2010, penduduk di Jawa Barat merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak pertama di Indonesia.
Jawa Barat merupakan jantung budaya Sunda atau biasa disebut sebagai Tatar Sunda/Pasundan bersama dengan provinsi Banten meskipun banyak pendatang yang menetap dan tinggal dari berbagai suku bangsa lainnya di Indonesia terutama di wilayah metropolitan Jakarta dan migrasi di Cirebon sejak berabad abad lama.
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman buni (Bekasi kuno) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.[butuh rujukan]
Wilayah Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara.[butuh rujukan] Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.[butuh rujukan]
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda[butuh rujukan]. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan Sunda beribu kota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).[butuh rujukan]
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.
Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa (sekarang Jakarta) kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão di tepi Ci Liwung.
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon–Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon–Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran (ibu kota Kerajaan Sunda), dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Jawa Barat sebagai provinsi otonom ditetapkakn pada tahun 1926 ketika pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Penetapannya dalam rangka pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi pemerintahan. Status ini secara resmi ditetapkan pada tanggal 1 Januari 1926 melalui staatsblad (lembar negara) nomor 326 pada tahun 1926. Kemudian ditetapkan lagi dalam staatsblad nomor 27, 28 dan 438 pada tahun 1928, dan staatsblad nomor 507 pada tahun 1932.[9]
Pembentukan provinsi Jawa Barat merupakan pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.
Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia. Tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Laut Jawa di sebelah utara, Laut Jawa dan Provinsi Jawa Tengah di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta di sebelah barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.
Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatra hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 . 10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.
Jawa Barat merupakan wilayah berkaraktaristik kontras dengan dua identitas: masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah Jabodetabek (sekitar Jakarta) serta Bandung Raya; dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa. Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi. Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun.
Tahun 2010, jumlah penduduk provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 43.053.732 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 14.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08 persen di Kabupaten Bogor.
Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak 21.146.692 jiwa. Seks Rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah Kabupaten Cianjur sebesar 107. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.
Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010 adalah 26,86 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat adalah 51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84 sementara di daerah perdesaan 55,92.[11]
Penduduk asli provinsi Jawa Barat adalah Suku Sunda. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku bangsa Jawa Barat sangat beragam. Adapun jumlah penduduk provinsi Jawa Barat berdasarkan suku bangsa tahun 2010 dari 42.982.865 jiwa adalah suku Sunda sebanyak 30.889.910 jiwa (71,87%), kemudian suku Jawa 5.710.652 jiwa (13,29%), Betawi 2.664.143 (6,20%), Cirebon 1.812.842 jiwa (4,22%).[12] Suku di luar pulau Jawa terbesar adalah suku Batak sebanyak 467.438 jiwa (1,09%), kemudian suku Minangkabau 272.018 jiwa (0,63%), Tionghoa 254.920 jiwa (0,59%) dan Melayu 190.224 jiwa (0,44%). Suku asal Sumatra Selatan sebanyak 95.502 jiwa (0,22%), asal Lampung 92.862 jiwa (0,22%), asal Banten 60.948 jiwa (0,14%), Madura 0,10% dan suku lainnya 0,99%.[12]
Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2000 dan Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Jawa Barat:[13]
No | Suku | Jumlah (2000) | % | Jumlah (2010) | % |
---|---|---|---|---|---|
1 | Sunda | 26.297.124 | 73,73% | 30.889.910 | 71,87% |
2 | Jawa | 3.939.465 | 11,05% | 5.710.652 | 13,29% |
3 | Betawi | 1.901.930 | 5,33% | 2.664.143 | 6,20% |
4 | Cirebon | 1.890.102 | 5,30% | 1.812.842 | 4,22% |
5 | Batak | 275.230 | 0,77% | 467.438 | 1,09% |
6 | Minangkabau | 168.999 | 0,47% | 272.018 | 0,63% |
7 | Tionghoa | 163.255 | 0,46% | 254.920 | 0,59% |
8 | Melayu | – | – | 190.224 | 0,44% |
9 | Asal Sumatra Selatan | – | – | 95.502 | 0,22% |
10 | Lampung | – | – | 92.862 | 0,22% |
11 | Banten | 64.487 | 0,18% | 60.948 | 0,14% |
12 | Madura | – | – | 43.001 | 0,10% |
13 | Suku Lainnya | 967.782 | 2,71% | 428.914 | 0,99% |
Provinsi Jawa Barat | 35.668.374 | 100% | 42.982.865 | 100% |
Artikel utama: Bahasa di Jawa Barat |
Selain bahasa resmi yakni bahasa Indonesia, mayoritas masyarakat Jawa Barat umumnya bertutur menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa asli mereka. Sementara di sebagian besar wilayah timur laut provinsi Jawa Barat seperti kabupaten dan kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, serta sebagian utara Kabupaten Subang dan sebagian utara Kabupaten Karawang (khususnya di kecamatan Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan) dituturkan bahasa Jawa Dialek Cirebon. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya dan Babelan (Kabupaten Bekasi), kecamatan Parung dan Bojonggede serta sebagian utara Gunung Sindur (Kabupaten Bogor) dan Kota Depok bagian utara dituturkan bahasa Betawi oleh pendatang etnis Betawi.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali karena banyak pendatang yang sudah menggeser bahasa dan budaya Sunda. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan ragam Bahasa Jawa Cirebon. Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat.[kenetralan diragukan] Saat ini, peningkatan ekonomi modern ditandai dengan peningkatan pada sektor manufaktur dan jasa. Di samping perkembangan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur terhitung terbesar dalam memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir ¾ dari industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar Jawa Barat.[butuh rujukan] PDRB Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp231.764 miliar (US$27,26 miliar) dan menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah Provinsi. Bagaimanapun juga, karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita Jawa Barat adalah Rp 5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas.[butuh rujukan] Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak dan gas 4,91 persen termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara keseluruhan.[butuh rujukan]
Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk manufaktur termasuk di antaranya elektronik, industri kulit, pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor manufaktur (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya sebesar 51,17%. Terlepas dari adanya krisis, Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor Jawa Barat, yang lainnya adalah besi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen pesawat dan lainnya.
Dikenal sebagai salah satu 'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk produksi beras.[butuh rujukan] Tidak dimungkiri lagi, Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia,[butuh rujukan] hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia.[butuh rujukan] Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu juga terdapat komoditas seperti teh, kelapa, minyak sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.[butuh rujukan]
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km.[butuh rujukan] Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar.[kenetralan diragukan] Untuk pesisir selatan Jawa Barat, potensi tangkapan ikan diproyeksikan mencapai 1,2 juta ton per tahun meskipun hasil tangkapnya baru mencapai 11 ribu ton per tahun.[14] Total produksi ikan di Jawa Barat mencapai 1,6 juta ton per tahun dengan 280 ribu hingga 300 ribu atau 17,5% hingga 18,75% di antaranya berasal dari produksi ikan tangkap.[14] Artinya, hasil tangkap ikan di pesisir selatan Jawa Barat baru mencapai 3,67% jumlah produksi jkan tangkap di Propinsi Jawa Barat. Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Propinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa terdapat setidaknya 120 ribu nelayan di Jawa Barat dengan jumlah pembudidaya ikan yang diperkirakan mencapai angka jutaan orang.[14]
Suatu perencanaan terpadu[oleh siapa?] tengah dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan. Potensi perairan darat tidak hanya datang dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat. Potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM Saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun 2003,[butuh pemastian] atau 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK (sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendidikan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan.[butuh pemastian] Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%).[butuh rujukan]
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan, termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikelola PT Aneka Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan menghasilkan 12,1 gram emas per ton.
Bodebek Purwasuka Ciayumajakuning Priangan Barat Priangan Tengah Priangan Timur |
Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.
Bahasa Sunda merupakan bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Jawa Barat, terutama di wilayah Parahyangan atau wilayah kebudayaan Priangan yang merupakan wilayah tempat tinggal tradisional Suku Sunda.
Berdasarkan Pergub Jabar No.69 tahun 2013, Bahasa Sunda ditetapkan sebagai salah-satu mata pelajaran bahasa dan sastra daerah di Jawa Barat, bersama dengan bahasa Cirebon. Bahasa Sunda diajarkan di dua tingkat jenjang pendidikan, yaitu jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah lalu Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah) dan jenjang pendidikan menengah (Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah).[15]
Dalam membantu keberlangsungan pendidikan Bahasa Sunda di Jawa Barat, pemerintah daerah Jawa Barat bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran dan Yayasan Kebudayaan Rancage menerbitkan Kamus Utama, yaitu kamus bahasa Sunda terlengkap yang terdiri dari 6 jilid, 10.000 halaman dan memuat 150.000 entri.[16][17] Saat ini kamus tersebut sudah dikirim ke perpustakaan di Eropa seperti perpustakaan KITLV di Belanda.[18]
Pada sensus penduduk 2010 jumlah penduduk provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 46.497.175 jiwa[19] sementara jumlah suku Cirebon pada sensus penduduk 2010 dengan survei awal pada wilayah inti suku Cirebon yaitu di kabupaten Cirebon, kota Cirebon dan kabupaten Indramayu adalah sebesar 1.812.842 jiwa, data tersebut menjelaskan bahwa jumlah suku Cirebon ada sekitar 4-5% dari total provinsi Jawa Barat. Secara budaya dan bahasa, suku Cirebon masih mewarisi kedekatan-kesekatan tersebut dengan suku Sunda.
Artikel utama: Daftar kabupaten dan kota di Jawa Barat |
Jawa Barat terdiri atas 18 kabupaten dan 9 kota. Kota-kota hasil pemekaran sejak tahun 1996 adalah:
Artikel utama: Daftar kecamatan dan kelurahan di Jawa Barat |
Provinsi Jawa Barat terdiri dari 18 kabupaten, 9 kotamadya, 627 kecamatan, 645 kelurahan dan 5.312 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 44.039.313 jiwa dengan total luas wilayah 35.377,76 km².[23][24]
No. | Kode Kemendagri |
Kabupaten/ Kota |
Luas Wilayah (km²) |
Penduduk (2017) |
2017 | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Kecamatan | Kelurahan | Desa | |||||
1 | 32.04 | Kab. Bandung | 1.767,96 | 3.522.724 | 31 | 10 | 270 |
2 | 32.17 | Kab. Bandung Barat | 1.305,77 | 1.616.203 | 16 | - | 165 |
3 | 32.16 | Kab. Bekasi | 1.224,88 | 2.554.376 | 23 | 7 | 180 |
4 | 32.01 | Kab. Bogor | 2.710,62 | 4.246.307 | 40 | 19 | 416 |
5 | 32.07 | Kab. Ciamis | 1.414,71 | 1.228.294 | 27 | 7 | 258 |
6 | 32.03 | Kab. Cianjur | 3.840,16 | 2.246.663 | 32 | 6 | 354 |
7 | 32.09 | Kab. Cirebon | 984,52 | 2.099.089 | 40 | 12 | 412 |
8 | 32.05 | Kab. Garut | 3.074,07 | 2.210.017 | 42 | 21 | 421 |
9 | 32.12 | Kab. Indramayu | 2.040,11 | 1.845.205 | 31 | 8 | 309 |
10 | 32.15 | Kab. Karawang | 1.652,20 | 2.110.476 | 30 | 12 | 297 |
11 | 32.08 | Kab. Kuningan | 1.110,56 | 1.132.610 | 32 | 15 | 361 |
12 | 32.10 | Kab. Majalengka | 1.204,24 | 1.266.981 | 26 | 13 | 330 |
13 | 32.18 | Kab. Pangandaran | 1.010,00 | 406.898 | 10 | - | 93 |
14 | 32.14 | Kab. Purwakarta | 825,74 | 912.708 | 17 | 9 | 183 |
15 | 32.13 | Kab. Subang | 1.893,95 | 1.552.925 | 30 | 8 | 245 |
16 | 32.02 | Kab. Sukabumi | 4.145,70 | 2.523.992 | 47 | 5 | 381 |
17 | 32.11 | Kab. Sumedang | 1.518,33 | 1.135.818 | 26 | 7 | 270 |
18 | 32.06 | Kab. Tasikmalaya | 2.551,19 | 1.713.677 | 39 | - | 351 |
19 | 32.73 | Kota Bandung | 167,67 | 2.404.589 | 30 | 151 | - |
20 | 32.79 | Kota Banjar | 113,49 | 201.191 | 4 | 9 | 16 |
21 | 32.75 | Kota Bekasi | 206,61 | 2.409.083 | 12 | 56 | - |
22 | 32.71 | Kota Bogor | 118,50 | 1.005.012 | 6 | 68 | - |
23 | 32.77 | Kota Cimahi | 39,27 | 532.988 | 3 | 15 | - |
24 | 32.74 | Kota Cirebon | 37,36 | 325.767 | 5 | 22 | - |
25 | 32.76 | Kota Depok | 200,29 | 1.809.120 | 11 | 63 | - |
26 | 32.72 | Kota Sukabumi | 48,25 | 334.033 | 7 | 33 | - |
27 | 32.78 | Kota Tasikmalaya | 171,61 | 692.567 | 10 | 69 | - |
Total Jawa Barat | 35.377,76 | 44.039.313 | 627 | 645 | 5.312 |
Artikel utama: Daftar gubernur Jawa Barat |
Berikut merupakan daftar Gubernur Jawa Barat:[25]
No. | Gubernur | Potret | Awal | Akhir | Partai | Wakil | Periode | Ref. | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Sutardjo Kartohadikusumo (1892–1976) |
19 Agustus 1945 | Desember 1945 | Partai Indonesia Raya | Jusuf Adiwinata (1945–1949) | 1 | [26][27] | |||
2 | Djamin (1903–1957) |
Desember 1945 | Juni 1946 | Non Partai | 2 | |||||
3 | Murdjani (1905–1956) |
Juni 1946 | 1 April 1947 | Partai Indonesia Raya | 3 | |||||
4 | Sewaka (1895–tidak diketahui) |
1 April 1947 | 25 April 1951 | Partai Indonesia Raya | 4 | [ket. 1][28][29][30] | ||||
Ipik Gandamana (1949–1952) | ||||||||||
25 April 1951 | 10 September 1951[a] | 5 | [31][32] | |||||||
5 | Sanusi Hardjadinata (1914–1995) |
1 Juli 1951 | 9 April 1957 | Partai Nasional Indonesia | 6 | [ket. 2][33] | ||||
Lowong | 9 April 1957 | 1 Juli 1957 | — | N/A | ||||||
6 | Ipik Gandamana (1906–1979) |
1 Juli 1957 | 6 Februari 1960[b] | Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia | 7 | |||||
Oja Somantri (1914–tidak diketahui) |
Januari 1958 | 6 Februari 1960 | Majelis Syuro Muslimin Indonesia | [34] | ||||||
7 | Mashudi (1921–2005) |
6 Februari 1960 | 25 April 1967 | Militer | Astrawinata (1960–1963) | 8 | ||||
E. Dachjar Sudiwijaya (1963–1967) | ||||||||||
25 April 1967 | 14 Februari 1970 | 9 | [35] | |||||||
Raden Sabri Gandanegara (1966–1974) | ||||||||||
Raden Ahmad Nashuhi (1967–1973) | ||||||||||
8 | Solihin G. P. (lahir 1926) |
14 Februari 1970 | 14 Februari 1975 | Militer | 10 | [ket. 3][36][37] | ||||
9 | Aang Kunaefi (1922–1999) |
14 Februari 1975 | 19 Mei 1980 | Militer | Soehoed Warnaen (1978–1980) | 11 | ||||
19 Mei 1980 | 22 Mei 1985 | Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Ekonomi dan Pembangunan |
12 | [ket. 4][38] | ||||||
10 | Yogie Suardi Memet (1929–2007) |
22 Mei 1985 | 19 Mei 1990 | Militer | 13 (1985) |
[39][40] | ||||
Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Ekonomi dan Pembangunan
| ||||||||||
19 Mei 1990 | 22 Mei 1993[c] | 14 (1990) |
[41][42] | |||||||
11 | Nana Nuriana (lahir 1938) |
22 Mei 1993 | 13 Juni 1998 | Golongan Karya | Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Ekonomi dan Pembangunan
|
15 (1993) |
[43] | |||
13 Juni 1998 | 13 Juni 2003 | Pemerintahan Kesejahteraan rakyat Ekonomi dan Pembangunan
|
16 (1998) |
|||||||
12 | Danny Setiawan (lahir 1945) |
13 Juni 2003 | 13 Juni 2008 | Partai Golongan Karya | Nu'man Abdul Hakim | 17 (2003) |
[44][45][46] | |||
13 | Ahmad Heryawan (lahir 1966) |
13 Juni 2008 | 13 Juni 2013 | Partai Keadilan Sejahtera | Dede Yusuf | 18 (2008) |
[47][48][49] | |||
13 Juni 2013 | 13 Juni 2018 | Deddy Mizwar | 19 (2013) |
[50][51][52] | ||||||
14 | Ridwan Kamil (lahir 1971) ![]() |
5 September 2018 | Petahana | Non Partai | Uu Ruzhanul Ulum | 20 (2018) |
[53] |
Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil gubernur, termasuk ketika posisi gubernur berada dalam masa transisi. Berikut merupakan daftar pengganti sementara untuk jabatan Gubernur Jawa Barat.
Potret | Gubernur | Partai | Awal | Akhir | Periode | Definitif | Ref. | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Ukar Bratakusumah (Komisaris Republik Indonesia di Jawa Barat) |
PNI | 22 Desember 1948 | 1 September 1950 | 4 | Sewaka | ||||
Lex Laksamana (Pelaksana Harian) |
Non Partisan | 27 Maret 2008 | 9 April 2008 | 17 (2003) |
Danny Setiawan | [54] | |||
Perry Suparman (Pelaksana Harian) |
Non Partisan | 7 Februari 2013 | 20 Februari 2013 | 18 (2008) |
Ahmad Heryawan | [55] | |||
Deddy Mizwar (Pelaksana Harian) |
Partai Demokrat | 16 Maret 2014 | 26 Maret 2014 | 19 (2013) |
[56] | ||||
4 April 2014 | 24 April 2014 | [57] | |||||||
13, 20, 25 Juni dan 1 Juli 2014 | [58] | ||||||||
15 September 2015 | 5 Oktober 2015 | [59] | |||||||
Iwa Karniwa (Pelaksana Harian) |
Non Partisan | 13 Juni 2018 | 15 Juni 2018 | Transisi | [60] | ||||
Mochamad Iriawan (Penjabat) |
Non Partisan | 15 Juni 2018 | 5 September 2018 | [61] | |||||
Uu Ruzhanul Ulum (Pelaksana Harian) |
PPP | 18 Mei 2022 | 28 Mei 2022 | 20 (2018) |
Ridwan Kamil | [ket. 5] | |||
29 Mei 2022 | 3 Juni 2022 | ||||||||
9 Juni 2022 | 19 Juni 2022 | [ket. 6] | |||||||
4 Juli 2022 | Petahana | [62] |
Artikel utama: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat |
DPRD Jawa Barat beranggotakan 120 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Jawa Barat terdiri dari 1 Ketua dan 5 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Jawa Barat yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 2 September 2019 oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Bandung, Arif Supratman, di Gedung Merdeka. Komposisi anggota DPRD Jawa Barat periode 2019-2024 terdiri dari 10 partai politik di mana Partai Gerindra adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu masing-masing 25 kursi.[63][64][65] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Jawa Barat dalam tiga periode terakhir.[66][67] [68][69]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||
---|---|---|---|
2009-2014 | 2014-2019 | 2019-2024 | |
PKB | 2 | ![]() |
![]() |
Gerindra | 8 | ![]() |
![]() |
PDI-P | 17 | ![]() |
![]() |
Golkar | 16 | ![]() |
![]() |
PKS | 13 | ![]() |
![]() |
PPP | 8 | ![]() |
![]() |
PAN | 5 | ![]() |
![]() |
Hanura | 3 | ![]() |
![]() |
Demokrat | 28 | ![]() |
![]() |
NasDem | (baru) 5 | ![]() | |
Perindo | (baru) 1 | ||
Jumlah Anggota | 100 | ![]() |
![]() |
Jumlah Partai | 9 | ![]() |
![]() |
Jawa Barat memiliki 91 wakil di DPR RI dari 11 daerah pemilihan dan empat wakil di DPD.
Artikel utama: Daftar tempat wisata di Jawa Barat |
Objek-objek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:
1. Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung
2. Taman Wiladatika, Cimanggis, Kota Depok
3. Saung Talaga, Pancoran Mas, Kota Depok
4. Situ Cikabuyutan, Cilebak, Kabupaten Kuningan
5. Situ Patenggang, Rancabali, Kabupaten Bandung
6. Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
7. Taman Hutan Raya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
8. Situ Buleud, Kabupaten Purwakarta
9. Kebun Raya Bogor, Kota Bogor
10. Talaga Warna, Puncak, Kabupaten Bogor
11. Taman Safari Indonesia, Cisarua, Kabupaten Bogor
12. Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Kabupaten Bogor
13. Pantai Pangandaran, Kabupaten Pangandaran
14. Curug Cibeureum, Cipanas, Kabupaten Cianjur
15. Puncak, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur
16. Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur
17. Taman Bunga Nusantara, Kabupaten Cianjur
18. Taman Wisata Gunung Gede Pangrango, Cipanas, Kabupaten Cianjur
19. Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur
20. Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon
21. Keraton Kanoman, Kota Cirebon
22. Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon
23. Keraton Kaprabonan, Kota Cirebon
24. Taman Air Sunyaragi, Kota Cirebon
25. Plangon, Kabupaten Cirebon
26. Belawa, Kabupaten Cirebon
27. Trusmi, Kabupaten Cirebon
28. Wanawisata Ciwaringin, Kabupaten Cirebon
29. Cikalahang, Kabupaten Cirebon
30. Cipanas, Kabupaten Garut
31. Bendungan Walahar, Klari, Kabupaten Karawang
32. Curug Bandung, Tegalwaru, Kabupaten Karawang
33. Curug Cigeuntis, Tegalwaru, Kabupaten Karawang
34. Curug Cipanundaan, Tegalwaru, Kabupaten Karawang
35. Pantai Muara Baru, Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang
36. Pantai Pakis Jaya, Pakis Jaya, Kabupaten Karawang
37. Pantai Samudera Baru, Pedes, Kabupaten Karawang
38. Pantai Tanjung Baru, Tempuran, Kabupaten Karawang
39. Pantai Tirtamaya, Juntinyuat, Kabupaten Indramayu
40. Linggarjati, Kabupaten Kuningan
41. Candi Jiwa, Batujaya, Kabupaten Karawang
42. Candi Blandongan, Batujaya, Kabupaten Karawang
43. Waduk Darma, Kabupaten Kuningan
44. Curug Putri, Kabupaten Kuningan
45. Lembah Cilengkrang, Kabupaten Kuningan
46. Liang Panas, Kabupaten Kuningan
47. Air Terjun Sidomba, Kabupaten Kuningan
48. Curug Landung, Kabupaten Kuningan
49. Situ Cicerem, Kabupaten Kuningan
50. Paseban, Kabupaten Kuningan
51. Cigugur, Kabupaten Kuningan
52. Hutan Kota, Kabupaten Kuningan
53. Kebun Raya Kuningan, Kabupaten Kuningan
54. Palutungan, Kabupaten Kuningan
55. Curug Muara Jaya, Kabupaten Majalengka
56. Situ Sangiang, Kabupaten Majalengka
57. Taman Buana Marga, Kabupaten Majalengka
58. Tirta Indah, Kabupaten Majalengka
59. Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta
60. Ciater, Kabupaten Subang
61. Gunung Tangkuban Perahu, Kabupaten Subang
62. Pantai Blanakan, Blanakan, Kabupaten Subang
63. Pantai Pondok Bali, Legon Kulon, Kabupaten Subang
64. Penangkaran Buaya, Blanakan, Kabupaten Subang
65. Pantai Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi
66. Pantai Ujung Genteng, Ciracap, Kabupaten Sukabumi
67. Kampung Toga, Kabupaten Sumedang
68. Museum Prabu Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang
69. Situ Gede, Kota Tasikmalaya
70. Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya
71. Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya
72. Godong Ijo, Bojongsari, Kota Depok
73. Situ Bagendit, Kabupaten Garut
74. Pantai Santolo, Kabupaten Garut
75. Situ Cilodong, Cilodong, Kota Depok
76. Pantai Rancabuaya, Kabupaten Garut
77. Kampung 99 Pepohonan, Limo, Kota Depok
78. Curug Cimahi, Kabupaten Bandung Barat
79. D’Kandang Amazing Farm, Sawangan, Kota Depok
80. Situ Ciburuy, Kabupaten Bandung Barat
81. Masjid Dian Al-Mahri, Limo, Kota Depok
82. Situ Pengasinan, Sawangan, Kota Depok
83. Situ Pengarengan, Sukmajaya, Kota Depok
84. Situ Lengkong, Panjalu, Kabupaten Ciamis.
85. Museum Sejarah Nabi Muhammad, Sukmajaya, Kota Depok
86. Alun-Alun Kota Depok, Cilodong, Kota Depok
87. Rumah Keramik F Widayanto, Beji, Kota Depok
88. Studio Alam TVRI, Sukmajaya, Kota Depok
89. Air Terjun Curug Nangka Indah, Tamansari, Kabupaten Bogor
90. Taman Hutan Raya Pancoran Mas, Pancoran Mas, Kota Depok
91. TWM Park, Cisarua, Kabupaten Bogor
92. Hutan Kota Universitas Indonesia (UI), Beji, Kota Depok
93. Devoyage Bogor, Bogor Selatan, Kota Bogor
94. Museum Zoologi Bogor, Bogor Tengah, Kota Bogor
95. Curug Cisurian, Jalaksana, Kabupaten Kuningan
Artikel utama: Daftar kesenian daerah Jawa Barat |
Artikel utama: Daftar makanan khas Jawa Barat |
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi termaju di Indonesia. Jika dilihat dari Indeks Pembangunan Manusianya (IPM), Jawa Barat merupakan provinsi paling maju ke-10 di Nusantara.[70] Kini IPM Jawa Barat adalah 70,05 (0,700) dan menempati status tinggi.[71] Daerah subprovinsi termaju ialah Kota Bandung dengan IPM sebesar 80,13 (0,801) yang berstatus sangat tinggi, sedangkan yang paling tertinggal ialah Kabupaten Cianjur dengan IPM sebesar 62,92 (0,629) yang berstatus sedang.[72]
Artikel yang berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia kota dan kabupaten di Jawa Barat: