Lakshmi
लक्ष्मी
Lakshmee
Dewa Hindu
Dewi kemakmuran, keberuntungan, kesuburan, kebijaksanaan, kecantikan, keperkasaan, kekayaan, kesehatan, dan pengetahuan
Ejaan Dewanagariलक्ष्मी
Ejaan IASTLakṣhmī
GolonganDewi
WahanaGajah
AtributTeratai, Kembang Kusuma Wijaya kepingan emas,Warada Mudra
PasanganNarayana
MantraOm Sri Mahalakshmi Namah

Dalam agama Hindu, Lakshmi (Dewanagari: लक्ष्मी; ,IASTLakshmī, लक्ष्मी) adalah dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan.

Dalam kitab-kitab Purana, Dewi Lakshmi adalah Ibu dari alam semesta, sakti dari Dewa Narayana (Wisnu). Dewi Laksmi memiliki ikatan yang sangat erat dengan Dewa Narayana. Dalam beberapa inkarnasi Wisnu (Awatara) Dewi Lakshmi ikut serta menjelma sebagai Wedawati dan Sita (ketika Wisnu menjelma sebagai Rama), Radha, Rukmini, Satyabama, dan Jembawati (ketika Wisnu menjelma sebagai Krishna), dan Padmavathi (ketika Wisnu menjelma sebagai Venkateswara).

Bentuk-bentuk Lakshmi

Tiga aspek penting Lakshmi

Dalam kitab Atharva Weda pada bagian Sita Upanishad, Dewi Lakshmi memiliki tiga aspek manifestasi diri, yakni :

Namun jika ketiga aspek ini disatukan, maka ia akan menjadi Mahalakshmi (dipercaya bahwa Mahalakshmi menitis pada Radha, kekasih Kresna dalam era Mahabharata).

Ashta Lakshmi

Selain itu, Dewi Lakshmi memiliki delapan bentuk manifestasi dari dirinya sendiri yang disebut dengan Ashta Lakshmi, yang mewakili delapan aspek kekayaan dalam hidup manusia, dalam perwujudan Agung yang mewakili setiap elemen energi dan cahaya Alam Semesta dari Tuhan Yang Kuasa. Berikut adalah nama dan tugas dari Ashta Lakshmi:

Alakshmi

Dewi Lakshmi juga memiliki antitesis bernama Alakhsmi atau Jyestha (beberapa menyebut Alakshmi sebagai kakak kembar Lakshmi). Alakshmi berasal dari kata A yang berarti bukan, dan Lakshmi yang merupakan dewi keberuntungan, yang berarti bukan Lakshmi. Berbanding terbalik dengan Lakshmi yang merupakan dewi kemamkmuran, keberuntungan, kekayaan, dan kesehatan, Alakshmi adalah dewi kesialan, kemalangan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Alakshmi atau Jyestha tertulis dalam naskah Padma Purana dan Lingga Purana. Dikisahkan pada suatu hari, seorang resi bernama Durwasa memberikan rangkaian bunga kepada Dewa Indra, sang raja penguasa kahyangan. Dewa Indra yang angkuh kemudian tidak segan melemparkan bunga itu ke lantai dan terinjak oleh gajah peliharaanya. Resi Durwasa yang sakit hati menyumpahi bahwa suatu hari kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki Dewa Indra akan lenyap seketika. Dewi Lakshmi yang menyaksikan peristiwa tersebut memilih meninggalkan Dewa Indra bahkan menceburkan diri ke dalam lautan susu (galaksi Bimasakti). Kepergian Dewi Lakshmi ternyata menimbulkan petaka bagi tiga alam (kahyangan, bumi, dan dunia bawah), yang berimbas pada kerusakan dan kekacauan semesta. Karena selama ini, Dewi Lakshmi selalu memberikan keberkahan dan keberuntungan bagi alam semesta. Tanpa adanya Lakshmi, sapi-sapi berhenti menghasilkan susu, tanaman tidak lagi menghasilkan buah dan bunga, sinar matahari semakin meredup, emas dan permata tidak lagi berkilau, para asura (setan) bergentayangan, hingga banyak terjadi kematian. Dewa Wisnu selaku dewa pelindung semesta sekaligus suami dari Lakshmi berinisiatif mencari istrinya dengan cara mengaduk lautan susu (disebut Samudra Manthana). Para dewa dan asura turut bekerjasama dalam pengadukan lautan susu. Membutuhkan waktu 1.000 tahun, Dewi Lakshmi akhirnya muncul, namun ia tidak sendirian, melainkan ia muncul bersama bayangan hitam yang membentuk sesosok wanita, yang kemudian bayangan itu diberi nama Alakshmi (bayangan hitam tersebut digambarkan sebagai bentuk kekecewaan dari Lakshmi). Kemudian, Wisnu membagi dunia menjadi dua sisi, yakni kebaikan dan keburukan. Selama peristiwa perputaran lautan, Lakshmi ditugaskan untuk menebar kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan. Sedangkan Alakshmi ditugaskan untuk menebarkan kejahatan, kesedihan, kemiskinan, penderitaan. Alakshmi akan tinggal bersama orang-orang yang berhati jahat, serakah, atau jauh dari agama.

Alakshmi digambarkan memiliki fisik kulit penuh keriput seperti nenek-nenek dan rambut yang kusut tak terawat. Namun dalam versi lain, Alakshmi digambarkan sangat mirip dengan Lakshmi namun mengenakan pakaian serba hitam dan memiliki sorot mata yang sangat tajam (sorot mata Alakshmi sering diidentifikasikan sebagai mata jahat dan menakutkan).

Untuk mengusir Alakshmi dari rumah atau tempat usaha, masyarakat India sering menggantung nimbu mirchi (semacam jimat yang terbuat dari rangkaian tujuh buah cabai dan satu buah lemon) untuk mengganggu konsentrasi Alakshmi yang sedang mengambil keberuntungan pemilik rumah atau tempat usaha, sehingga Alakshmi merasa lapar lalu fokus memakan cabai dan lemon. Alakshmi sangat menyukai makanan dengan rasa asam dan pedas, sedangkan Lakshmi suka dengan makanan manis.


Merak dalam penggambaran Dewi Lakshmi, yang mana adalah simbol dari kebenaran mutlak penciptaan hitam dan putih. Sebab merak sesekali waktu mengembangkan bulu-bulunya sebagai lambang keindahan yang abadi dan terkadang juga dianggap sebagai lambang pernikahan.

Dalam kepercayaan budaya Indonesia

Dalam pewayangan Jawa, Dewi Lakshmi lebih dikenal dengan nama Srisekar atau Sri Widowati (diambil dari nama Wedawati, salah satu avatar Lakshmi yang terlahir sebelum Sita/Sinta). Diceritakan Dewi Srisekar terlahir dari sebuah benda pusaka Cupu Linggamanik milik Dewa Antaboga, dewa ular penguasa lapisan terbawah bumi, yang pada saat itu sedang menangis. Air mata Antaboga jatuh ke dalam pusaka tersebut sehingga memunculkan sebuah permata yang kemudian berubah menjadi bayi. Ketika beranjak dewasa, kecantikan dan kebaikan hati Dewi Srisekar membuat banyak pria jatuh hati padanya, diantaranya adalah Rahwana (raja raksasa) dan Batara Dewasrani (putra dari Batara Guru dan Batari Durga). Rahwana yang terus memaksakan obsesi cintanya kepada Srisekar beserta seluruh titisannya, membuat Widowati memilih membakar diri daripada harus dinodai oleh Rahwana (alasan Rahwana tidak menodai Sinta disebut karena sempat disumpahi Widowati di kehidupan sebelumnya). Selain itu, Batara Dewasrani dikisahkan tergila-gila pada Dewi Srisekar meskipun sudah berstatus sebagai istri dari Batara Wisnu. Srisekar yang ketakutan karena terus dikejar-kejar oleh Dewasrani terpaksa harus meninggalkan kahyangan dan menetap di bumi dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan Dewasrani membuat kerusakan di bumi dan juga kahyangan. Batara Wisnu yang dikenal memiliki sifat penyabar, pada akhirnya kehabisan kesabaran sehingga mengutuk Dewasrani menjadi babi hutan.

Dewi Lakshmi juga dikenal sebagai Dewi Sri yang merupakan dewi padi, sandang pangan dan sumber daya alam, dan juga Dewi Pertiwi (nama lain dari dewi Bhumi yang tak lain adalah salah satu manifestasi dirinya) yang merupakan dewi penguasa bumi.

Menurut kepercayaan masyarakat Bali yang mayoritas menganut agama Hindu, pemujaan terhadap Dewi Lakshmi (sering disebut sebagai Batara Rambut Sadana, Sanghyang Sri Nini, dan Batari Manik Galih) dilakukan setiap hari Rabu Wage (disebut Buda Cemeng) pada wuku Ukir, Warigadean, Langkir, Merakih, Menail, dan Kulawu. Setiap hari Rabu Wage, umat Hindu (terutama masyarakat yang berprofesi sebaga pedagang atau pebisnis) menyiapkan sesajen berupa canangsari, banten pejati, dan banten otonan/ayaban tumpeng 7, dan uang sebagai persembahan untuk Dewi Lakshmi yang dipercaya sedang melimpahkan rejeki, kekayaan, kemakmuran dan kesejahteraan. Selama menjalani ibadah pada hari Rabu Wage, umat Hindu mempercayai mereka tidak boleh menggunakan uang untuk hal-hal yang tidak berwujud barang, seperti membayar utang atau menabung, karena dipercaya uang atau kekayaan tersebut tidak akan kembali selamanya. Dan tidak boleh juga menggunakan uang untuk tujuan keserakahan pribadi seperti perbuatan boros atau berjudi, karena uang atau harta tersebut akan membawa sumber penderitaan.

Lihat pula