Padangan | |
---|---|
Negara | ![]() |
Provinsi | Jawa Timur |
Kabupaten | Bojonegoro |
Kode Kemendagri | 35.22.19 |
Kode BPS | 3522230 |
Luas | 42 km²[1][2] |
Desa/kelurahan | 14 Desa 2 Kelurahan |
Padangan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.[3] Kota Padangan terletak di perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah, tepatnya Jawa Timur arah barat laut.
Setelah pemekaran tahun 2001, kecamatan Padangan meliputi 32 desa/kelurahan dan hanya memiliki luas 42 km², serta penduduk 56.411 jiwa.[1][2] Pada tahun 2010, ibu kota kecamatan pindah ke Belajeng, yang merupakan dusun yang berada di Jalur Pantura antara Cepu-Bojonegoro-Surabaya. Mayoritas penduduk Padangan bersuku Jawa (84,56 %) dan beragama Islam (95,52 %).[4]
Wilayah ini dilindungi oleh Pegunungan Kapur di bagian utaranya. Kecamatan Padangan termasuk dalam daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo, sehingga dimusim hujan sering terjadi rob dari luapan air Bengawan Solo.
Batas wilayah kecamatan Padangan yakni:
Utara | kecamatan Kasiman |
Timur | kecamatan Purwosari |
Selatan | kecamatan Ngraho dan kecamatan Tambakrejo |
Barat | Kabupaten Blora, Jawa Tengah. |
Sampai tahun 2001, kecamatan Padangan memiliki luas 88,54 km² dan penduduk ± 45.000 jiwa (tahun 1980) serta terbagi atas 42 desa saat itu.[5]
Kecamatan Padangan terdiri dari 16 desa, serta 188 kampung, yakni:
Adapun desa hasil pemekaran tahun 1999 adalah desa Sidomukti (pecahan dari desa Nguken), serta ada pula desa Padangan Tengah yang berdiri pada tahun 2001 berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur nomor 70 tahun 2000, yang merupakan pecahan dari desa Padangan Timur. Adapun pula desa hasil pemekaran tahun 2006 adalah desa Mojoagung (pecahan dari desa Kalikotes) dan desa Kebuyutan Baru (pecahan dari desa Kebuyutan), yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro nomor 3 tahun 2006 tentang pemecahan dan perubahan nama beberapa desa di Kabupaten Bojonegoro.
Sedangkan sebanyak 12 desa yakni:
Sedangkan satu desa lagi, yakni:
Wilayah ini memiliki potensi berupa pertanian, perindustrian sekaligus perdagangan. Kita dapat melihat dari sebagian besar penduduknya adalah petani, pedagang. Adapun pasar-pasar yang biasa dijadikan sebagai tempat berdagang antara lain Pasar Padangan, Pasar Tobo, Pasar Cepu, Pasar Ngraho, dan Pasar Tinggang. Selain itu, beberapa industri telah berdiri di sana, seperti industri batu bata, tahu-tempe dan industri kerupuk.
Penduduk kecamatan Padangan pada tahun 2016 berjumlah 56.614 jiwa,[22] yang terdiri dari laki-laki 28.474 jiwa dan perempuan 28.140 jiwa, dengan sex ratio sebesar 101,2 atau dibulatkan menjadi 101.
Padangan dilalui oleh Jalan Nasional Rute 24 antara Bojonegoro–Cepu–Rembang,
Jalan Nasional Rute 30 antara Padangan–Ngawi–Madiun, dan Jalur KA antara Bojonegoro dan Semarang, serta memiliki dua buah stasiun kereta api yakni Stasiun Tobo dan Stasiun Muarasaling. Stasiun Muarasaling tergolong stasiun kereta api yang baru, yang selesai dibangun pada tahun 2008, untuk menggantikan Halte Padangan yang sudah tak beroperasi pada tahun 1994 serta nantinya dari Stasiun Muarasaling pada tahun 2014 akan dibangun jalur cabang ke Stasiun Jatirogo, Tuban. Daerah Padangan mempunyai satu terminal bus, yakni Terminal Padangan, yang berada di desa Padangan Timur. Sarana transportasi umum yang berada di kecamatan ini adalah: angkot, becak, ojek, taksi, dan getek penyeberangan yang menyeberangi sungai Bengawan Solo.
Nantinya di kecamatan Padangan akan dilalui oleh Jalan Tol Bojonegoro-Cepu-Blora-Rembang-Kudus-Semarang yang akan dibangun pada tahun 2016 dan selesai pada tahun 2021 serta akan memiliki gerbang keluar di desa Padangan Timur, Padangan Barat, dan Kebanyar.