Artikel bermasalah

Ini adalah artikel yang memenuhi kriteria penghapusan cepat artikel tentang orang, hewan individu, organisasi (grup musik, klub, perusahaan, dll.), konten web, atau peristiwa yang terselenggara yang tidak mengindikasikan kepentingan subjeknya. Lihat KPC A7.

Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.

Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.

Kepada nominator: Tempatkan templat:
((subst:db-notability-notice|Pontjo Sutowo|header=1)) ~~~~
pada halaman pembicaraan pembuat/pengunggah.

Kepada pengurus: artikel ini memiliki isi pada halaman pembicaraannya yang harus diperiksa sebelum dihapus.

Pilih templat yang spesifik – ((db-person)), ((db-animal)), ((db-band)), ((db-club)), ((db-inc)), ((db-web)) or ((db-event)) – jika bisa.
Pengurus: periksa pranala balik, riwayat (beda), dan catatan sebelum dihapus. Konfirmasi sebelum penghapusan bahwa halaman itu tidak terlihat sebagai halaman profil pengguna. Jika perlu, lebih baik pindahkan ke halaman pengguna yang bersangkutan. Terkadang tag ini juga dipakai untuk menandai KPC A9 (rekaman musik), karena sama-sama tidak mengindikasikan kepentingan. Periksa di Google.
Halaman ini terakhir disunting oleh FenyMufyd (kontribusi | log) pada 21:43, 16 Maret 2024 (UTC) (10 hari lalu)

Masalah halaman

Catatan untuk pengurus yang menghapus: Halaman ini telah dibuat berulang kali dengan nama ini atau nama lain, dan jika telah dihapus, halaman ini seharusnya akan dilindungi dari pembuatan ulang.

Pontjo Sutowo
Direktur Utama PT Adiguna Shipyard
Mulai menjabat
1970
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia ke-4
Masa jabatan
1979–1983
Sebelum
Pengganti
Petahana
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir17 Agustus 1950 (umur 73)
Palembang, Sumatera Selatan
Suami/istriDarwina Sudarminingsih
AnakNurleika Sutowo
Heramina Sutowo
Shindi Sutowo
Nugra Sutowo
Inaya Sutowo
Prasetyo Sutowo
Orang tua
ProfesiPengusaha
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

H. Pontjo Sutowo (lahir 17 Agustus 1950) adalah Direktur Utama dari PT Indobuildco yang mengelola Hotel Sultan.

Masa muda[sunting | sunting sumber]

Pontjo Sutowo lahir dari pasangan Ibnu Sutowo dan Zaleha. Ia lahir dengan nama Pontjo Nugro Susilo pada tanggal 17 Agustus 1950. Pontjo lahir sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayahnya merupakan seorang dokter tamatan Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) Surabaya di Martapura dan ibunya merupakan seorang guru tamatan MULO Palembang.

Pontjo tinggal di Palembang sampai berusia 6 tahun. Pada saat itu, ayahnya sudah menjadi tentara. Terakhir menjabat sebagai Panglima Teritorium Dua (sekarang Kodam Sriwijaya). Ayahnya menjadi tentara setelah Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pontjo sempat bersekolah di Palembang mulai Taman Kanak-Kanak sampai kelas 1 Sekolah Rakyat, atau sekarang Sekolah Dasar di Sekolah Katolik Santo Xaverius.

Tahun 1956, Pontjo pindah ke Jakarta mengikuti kepindahan ayahnya. Oleh Kepala Staf Angkatan Darat, Kolonel A.H. Nasution, ayahnya dipanggil untuk ditempatkan di Staf Umum Angkatan Darat membantu Pak Nasution.

Di Jakarta, Pontjo masuk kelas 2 di Sekolah Dasar Santo Bellarminus, sebuah sekolah Katolik di Jalan Lombok, Menteng, Jakarta Pusat, tetapi hanya sampai kelas 3. Ketika masuk kelas 4, Pontjo pindah ke Perguruan Cikini, sampai kelas 1 SMA. Di Perguruan Cikini waktu itu, ada juga Megawati Soekarnoputri, tetapi dia kakak kelas dan kebetulan sekelas dengan kakaknya Endang Utari.

Dari Perguruan Cikini, Pontjo kemudian pindah sekolah lagi. Semula ia ingin masuk ke SMA Kanisius di Menteng, tetapi sudah penuh. Pihak Kanisius lalu menyarankan ke sebuah sekolah Katolik baru, yakni SMA Katolik Pangudi Luhur di Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Karena sekolah baru, ia menjadi murid angkatan pertama, sampai tamat SMA. Ia mengambil jurusan paspal karena memang suka matematika dan ilmu alam.

Selesai di SMA Katolik Pangudi Luhur tahun 1969, ia melanjutkan studi ke Institut Teknologi Bandung mengambil Jurusan Mesin karena memang berminat di bidang teknik. Namun, hanya satu tahun saja berkuliah di ITB karena memiliki penyakit asma sehingga tidak tahan tinggal di Bandung yang dingin. Dari ITB, ia kemudian pindah ke Fakultas Teknik Universitas Trisakti, Jakarta. Suasana di Universitas Trisakti waktu itu jauh berbeda dengan di ITB.

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Pontjo menikah di Jakarta pada 7 Januari 1970 dengan Darwina Sudarminingsih, putri Bapak Soedarsono, seorang pengusaha yang pernah juga menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia. Mereka sudah berkenalan sejak kecil karena rumah mereka sama-sama terletak di Jalan Tanjung, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka berbeda usia sekitar 3,5 tahun. Darwina lahir pada 1 Februari 1953.

Dari pernikahan tersebut, Pontjo dikaruniai enam orang anak, antara lain :

Anak laki-laki satu-satunya ini lahir setelah mereka memintanya secara khusus, ketika menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci sekitar tahun 1988.

Karier[sunting | sunting sumber]

PT Adiguna Shipyard[sunting | sunting sumber]

Ketika kuliah di Fakultas Teknik Universitas Trisakti, setelah pindah dari ITB, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah lagi dan ingin bekerja. Waktu itu, ayahnya adalah Direktur Utama Pertamina, perusahaan negara terkemuka dan terbesar di Tanah Air. Tentu tidak terlalu sulit jika ia mau bekerja di Pertamina. Akan tetapi, Pontjo memutuskan untuk bekerja sendiri dengan terjun di bidang usaha.

Dalam hatinya ia berpikir, ayahnya sendiri sudah bisa membuktikan semangat kemandirian itu. Hanya dengan berbekal minyak yang masih berada dalam perut bumi, ayahnya bisa mengatur kontraktor-kontraktor asing untuk melakukan eksplorasi, menggali minyak untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesejahteraan rakyat dan kemakmuran bangsa. Setelah minyak keluar, ayahnya juga mencari cara untuk membagi hasil dari perolehan minyak tersebut dan menjadikan Indonesia tetap mayoritas dalam kepemilikan di perusahaan.

Ayahnya mengubah sistem konsesi dalam hasil pengelolaan minyak menjadi sistem bagi hasil (profit sharing). Sistem bagi hasil tersebut kini bahkan telah diterapkan oleh lebih dari 20 negara di dunia. Pertamina tidak boleh dikuasai oleh asing, sehingga energi yang ada dalam perut bumi negeri tercinta ini tetap bisa dipertahankan. Usaha itu ternyata tidak sia-sia dan Pertamina pun akhirnya berjaya.

Sebagai orangtua, ayahnya tentu saja sangat kaget dan tentu tidak setuju ketika ia menyampaikan keinginan untuk berhenti dan tidak melanjutkan kuliah lagi. Sebagai orangtua pada umumnya, ayahnya mau supaya ia menyelesaikan kuliah terlebih dahulu, baru setelah itu terjun ke dunia usaha. Namun, karena ia terus meyakinkan ayahnya bahwa ia mau mandiri, akhirnya ayahnya pun menyerah juga.

Minat Pontjo adalah di bidang kemaritiman. Dari awal, ia memang menyukai dan sering bertamasya di laut. Ada sebuah cerita kecil dari kebiasaan bertamasya di laut tersebut. Suatu hari, ia bersama adiknya, Adiguna Santana Putra ketika sedang bertamasya tiba-tibak kapalnya bocor. Mereka terdampar di sebuah pulau karang di perairan dekat Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta. Hampir semalaman mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Karena itu dan memang menyukai laut, maka Pontjo memutuskan untuk membuat galangan kapal sebagai bidang usaha yang pertama. Dalam benaknya, "Singapura yang kawasan perairannya jauh lebih kecil dari Indonesia saja bisa memiliki industri maritim sepuluh kali lebih besar dari Indonesia. Mengapa kita tidak melihat peluang ini?"

Ayahnya yang awalnya tidak merestuinya karena menghendaki Pontjo tetap melanjutkan pendidikan terlebih dahulu, baru setelah itu bekerja, akhirnya menyetujui juga. Dengan modal yang diberikan, ia pun kemudian mendirikan perusahaan galangan kapal yang diberi nama PT Adiguna Shipyard pada tahun 1970 dan Pontjo menjadi direktur utama pada saat usianya masih 20 tahun.

Sambil merintis pembuatan galangan kapal Adiguna Shipyard, sebelumnya ia juga mencoba berbisnis di bidang kelautan, dengan berjualan motor tempel kapal impor merek Mercury di daerah Pintu Air, Jakarta Pusat. Semuanya itu dilakukan semata-mata karena ingin mandiri dalam berusaha tanpa fasilitas dari ayahnya yang saat itu adalah Direktur Utama Pertamina.

Melalui PT Adiguna Shipyard, ia pun bisa membuktikan bahwa Indonesia bisa membuat berbagai jenis kapal, dari kapal pantai hingga kapal berukuran besar. Mula-mula ia membuat tongkang kecil. Lambat-laun ia membuat kapal berukuran sedang. Bahkan sampai tahun 1972, PT Adiguna Shipyard berhasil membuat sebanyak 500 buah kapal tanker dengan bobot mati 3.500 DWT. Jumlah galangan kapal pun telah bertambah menjadi empat. PT Adiguna Shipyard juga merupakan perusahaan pertama yang membuat kapal-kapal fiber. Adiguna itulah yang pertama kali membawa teknologi fiberglass ke Indonesia. Sekarang teknologi itu memang sudah banyak.

Bergerak di bidang perkapalan, ia juga melihat bahwa investasi dan pengembangan usaha di bidang perkapalan saat itu sangat lamban. Pembesituaan kapal-kapal tua yang tidak memenuhi syarat lagi pada waktu itu, seharusnya disusul dengan peremajaan kapal-kapal baru. Namun, pengusaha-pengusaha pada waktu itu kekurangan modal dan sulit sekali mendapatkan pinjaman untuk meremajakan kapal-kapal yang sudah tua. Tahun 1983, misalnya, investasi pemerintah di bidang perkapalan hanya sekitar US$1 miliar. Sementara di bidang produksi, seperti semen dan pupuk, bisa mencapai US$2 triliun lebih.

Perhotelan dan Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Dari bekerja di galangan kapal PT Adiguna Shipyard sekitar tahun 1980, Pontjo kemudian terjun ke usaha perhotelan. Dimulai dari Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan) yang sudah ada sejak tahun 1976. Karena operasi Hotel Hilton kemudian sedikit ada masalah, pada tahun 1982 ia lalu take over seluruh pelaksanaan manajemennya.

Karena bekerja di bidang perhotelan, ia juga sekaligus aktif di bidang pariwisata, sehingga banyak bergaul dengan masyarakat pariwisata. Bahkan pada tahun 1986, ia terpilih menjadi salah satu Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia dan tahun 1989 menjadi ketua umumnya sampai tahun 2001. Jika bekerja di galangan kapal karena kemauan sendiri, masuk dunia pariwisata adalah kemauan ayahnya yang juga menggemari bidang pariwisata.

Masih di bidang pariwisata, Pontjo juga pernah menjadi Ketua Bidang Jasa Pariwisata Indonesia tahun 1994–2002. Tahun 2001, ia terpilih sebagai Ketua Umum Badan Pimpinan Nasional Masyarakat Pariwisata Indonesia. Pernah pula ia menjadi anggota Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism Organization). Lalu, ia juga pernah dipercaya sebagai Presiden ASEAN Tourism Association (ASEANTA), anggota Pacific Asia Travel Association, Co-Chairman Australia Indonesia Development Area, Ketua Umum Bidang Pariwisata Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta anggota Dewan Komisaris Garuda Indonesia (1999–2003).

Berbagai pemikiran dan pengalamannya di bidang pariwisata, yang ia sampaikan dalam berbagai seminar dan diskusi dengan berbagai kalangan, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat umum, sebagian telah dibukukan. Di antaranya adalah Pariwisata dan Indonesia yang Dicita-citakan, Bangun Pariwisata Indonesia, Pariwisata Bukan Sekedar Angka, dan Pariwisata sebagai Domain Ekonomi.

Organisasi[sunting | sunting sumber]

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia[sunting | sunting sumber]

Tahun 1972, Pontjo diajak Abdul Latief sebagai penggagasnya, bersama teman-teman lain, mendirikan HIPMI. Sambil mengemukakan gagasan-gagasannya. Abdul Latief yang datang ke kantor mencoba meyakinkan dia bahwa pengusaha yang dicita-citakan HIPMI bukanlah orang yang hanya mencari uang untuk memenuhi hawa nafsunya. Pengusaha yang ingin dicetak sebanyak mungkin oleh HIPMI adalah entrepreneur yang dari waktu ke waktu memperbesar perekonomian negeri ini.

Kedatangan Abdul Latief dengan cita-cita mulianya itu langsung disetujui gagasannya oleh Pontjo dan ia bersedia bergabung dalam HIPMI yang akan didirikan. Tujuan mendirikan HIPMI pada saat itu adalah untuk menumbuhkembangkan generasi muda pengusaha Indonesia menjadi pengusaha yang profesional, kuat, dan tangguh untuk berdampingan dengan para pengusaha senior dan pengusaha lainnya dalam pembangunan perekonomian nasional.

Pada awal kepengurusan pertama setelah didirikan tahun 19721973 dengan Abdul Latief sebagai Ketua Umum, ia menduduki posisi sebagai Ketua Sektor Banking & Finance. Kemudian, ada perombakan kepengurusan, ia terpilih sebagai Ketua Sektor Industri. Dalam kepengurusan kedua periode 19731975 di mana Siswono Yudohusodo sebagai Ketua Umum, ia menduduki posisi sebagai Ketua II.

Dalam perkembangan selanjutnya, ia kemudian terpilih menjadi Ketua Umum keempat HIPMI periode 19791983 dalam Munas HIPMI di Medan, menggantikan Aburizal Bakrie setelah bersaing dengan Surya Paloh, yang waktu itu sebagai Ketua Umum HIPMI Sumatera Utara.

Referensi[sunting | sunting sumber]