Etos swakriya adalah etos kemandiran yang diwujudkan dengan melaksanakan tugas apa pun tanpa memerlukan pakar yang dibayar. Etos "swakriya" (DIY) melahirkan suatu ide bahwa siapa pun bisa melaksanakan tugas apa pun secara sendiri, tidak mengandalkan spesialis bayaran.
Musik swakriya komersial mulai muncul bersama dengan lahirnya punk rock 1970-an.[1] Swakriya lahir untuk mengimbangi industri musik arus utama.[2] Dengan mengendalikan secara swadaya produksi dan distribusi, grup musik swakriya dapat menjalin hubungan yang dekat antara band dan penggemar. Etos swakriya betul-betul memberikan kontrol penuh atas produk akhir tanpa harus berurusan panjang dengan pihak label.[2]
Sesuai dengan estetika punk, orang dapat menggerakkan ekspresi dan berkarya dalam ruang terbatas.[3] Contoh yang paling awal adalah pergerakan musik punk tahun 1970-an.[4]
Riot grrrl, yang terkait dengan feminisme gelombang ketiga, juga mengadopsi etos swakriya punk dengan meningkatkan komunikasi secara kreatif melalui zine dan proyek-proyek lainnya.[5]
Bahkan pengikut etos swakriya dapat bergerak secara kolektif. Misalnya, CD Presents milik penyelenggara ajang David Ferguson adalah jaringan produksi konser, studio rekaman, serta label rekaman.[6]
Yet, it remains within the subculture of punk music where the homemade, A4, stapled and photocopied fanzines of the late 1970s fostered the ‘do-it-yourself’ (DIY) production techniques of cut-n-paste letterforms, photocopied and collaged images, hand-scrawled and typewritten texts, to create a recognizable graphic design aesthetic.