Bedil tombak atau bedil tumbak adalah jenis senjata api awal dari kepulauan Nusantara. Senjata itu terdiri dari senjata api atau meriam kecil yang dipasang di tiang kayu, membentuk jenis senjata yang dikenal sebagai "meriam galah" (stangenbüchse dalam bahasa Jerman).[1]
Kata bedil merupakan istilah dalam bahasa Melayu dan Jawa yang berarti senjata api (semua jenis senjata api, dari pistol kecil hingga meriam pengepungan besar).[2] Kata tombak atau tumbak setara dengan kata-kata Inggris spear, pike, atau lance.[3]
Pengenalan senjata berbasis bubuk mesiu di kepulauan Nusantara dapat ditelusuri kembali dari invasi Mongol ke Jawa (1293), di mana pasukan Cina-Mongol menggunakan meriam (炮—Pào) melawan pasukan Kerajaan Kediri di Daha.[4][5][6][7] Antara abad 14–15, ada beberapa sumber lokal menyebutkan tentang bedil (senjata api atau senjata berbasis bubuk mesiu), tetapi karena ini adalah istilah yang memiliki makna luas, harus hati-hati dalam menentukan jenis senjata apa yang digunakan dalam suatu catatan.[8][9] Sebuah meriam tangan kecil bertanggal tahun 1340 yang diduga berasal dari Cina ditemukan di Jawa, tetapi penanggalannya mungkin salah.[5]
Ma Huan (penerjemah Cheng Ho) mengunjungi Majapahit pada 1413 dan membuat catatan tentang adat setempat. Bukunya, Yingya Shenlan, menjelaskan tentang upacara pernikahan orang Jawa: ketika sang suami mengantar istri barunya ke rumah pernikahan, berbagai instrumen dibunyikan, diantaranya gong, drum, dan huochong (tabung tembak atau meriam tangan).[10][11] Ada kemungkinan meriam tangan Jawa dimodelkan seperti meriam Cina. Sebuah meriam galah Cina dari tahun 1421 M telah ditemukan di pulau Jawa dengan tulisan nama Kaisar Yongle (1403–1425).[11] Lubang penyulutannya dilindungi dari hujan oleh penutup yang terhubung dengan engsel.[1]
Haiguo Guangji (海国广记) dan Shuyu zhouzi lu (殊域周咨錄) mencatat bahwa Jawa sangat luas dan padat penduduknya, serta tentara berbaju zirah dan meriam tangan (火銃—huǒ chòng) milik mereka mendominasi lautan timur.[12][13][14]
Duarte Barbosa mencatat berlimpahnya senjata berbasis bubuk mesiu di Jawa sekitar tahun 1514. Orang Jawa dianggap sebagai ahli pembuat senjata api dan penembak artileri yang baik. Senjata yang dibuat di sana diantaranya meriam 1 pon (cetbang atau rentaka), senapan lontak panjang, spingarde (arquebus), schioppi (meriam tangan), api Yunani, gun (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya.[15][16][5] Pada pengepungan Malaka tahun 1511, orang-orang Malaka menggunakan meriam, senapan matchlock, dan "tabung tembak".[17] Senjata bubuk mesiu Melaka tidak dibuat oleh orang Melayu, melainkan diimpor dari Jawa.[18][19]
Babad (naskah sejarah) lokal pasca abad ke-17 kadang-kadang menyebutkan bedil tombak.[20] Di Lombok contoh dari babad-babad tersebut antara lain babad Lombok, babad Mengui, dan babad Sakra.[21][22][23] Mereka juga disebutkan dalam naskah-naskah Sunda dan Bali.[24][25] Selama perang Bali-Lombok (sekitar awal abad ke-19 hingga akhir abad ke-19), sebagian pasukan Karangasem dipersenjatai dengan bedil tombak.[23]
《海国广记·爪哇制度》有文字,知星历。其国地广人稠,甲兵火铳为东洋诸番之雄。其俗尚气好斗,生子一岁,便以匕首佩之。刀极精巧,名日扒刺头,以金银象牙雕琢人鬼为靶。男子无老幼贫富皆佩,若有争置,即拔刀相刺,盖杀人当时拿获者抵死,逃三日而出,则不抵死矣。
其國地廣人稠,甲兵火銃,為東洋諸番之雄。其俗尚氣好鬥。
《海國廣記》記載,爪哇「甲兵火銃為東洋諸蕃之冠」。