Dialek-dialek bahasa Yunani Modern dapat digolongkan menurut dua dimensi utama. Pertama, ada tradisi panjang variasi sosiolek antara bahasa lisan yang alami dan populer di satu sisi dan bentuk-bentuk tertulis yang dipelajari dan arkaisme di sisi lain. Kedua, ada ragam daerah pada dialek. Persaingan antara laras bahasa yang umum dan terpelajar (lihat diglosia) memuncak dalam pertarungan antara Dhimotiki dan Katharevousa selama abad ke-19 dan ke-20. Adapun dialek berdasarkan daerah, ragam dalam sebagian besar dialek Yunani masa kini tidak terlalu jauh karena hampir semua berkembang dari bahasa Yunani Koine (bentuk umum dari bahasa Yunani Attika-Ionia), kecuali dialek Tsakonia yang diwariskan dari bahasa Yunani Doria.
Informasi lebih lanjut: Pertanyaan bahasa Yunani |
Sejak zaman bahasa Yunani Koine pada Periode Helenistik dan Romawi, ada persaingan antara bentuk-bentuk lisan bahasa Yunani yang berkembang secara alami dan penggunaan laras bahasa terpelajar. Laras bahasa terpelajar menggunakan bentuk tata bahasa dan kosakata meniru bahasa Yunani Attika (Attikisme).[1] Keadaan tersebut dikenal dalam linguistika modern sebagai diglossia.[2]
Selama Abad Pertengahan, bahasa Yunani tertulis beragam sepanjang kesinambungan antara bentuk yang sangat berbeda dari laras bahasa istana yang sangat dekat dengan Attika, dan bahasa Yunani lisan yang lebih dekat dengan Dhimotiki.[3] Menurut Manolis Triantafyllides, bahasa Yunani Modern pada awal abad ke-19, seperti yang digunakan dalam puisi dhimotiki pada masa itu, hanya memiliki sedikit perbedaan ketatabahasaan dari bahasa percakapan pada abad ke-15.[4] Selama era Modern Awal, berbagai jalan tengah dari bahasa Yunani baku tertulis yang cukup kuno muncul dalam penggunaan orang Yunani terpelajar (seperti Fanariotes) dan gereja-gereja Yunani; sintaksisnya pada dasarnya adalah bahasa Yunani Modern.[5] Setelah Perang Kemerdekaan Yunani dan pembentukan negara Yunani modern (1830), upaya politik dilakukan untuk "memurnikan" bentuk bahasa Yunani ini dengan mengembalikannya agar lebih menyerupai bahasa Yunani Attika klasik. Hasil dari upaya tersebut adalah Katharevousa (καθαρεύουσα, translit. yang termurnikan), masih merupakan bentuk kompromi dengan sintaksis Yunani Modern pada dasarnya, tetapi dileksikan ulang dengan jumlah kata dan morfologi Yunani Kuno yang jauh lebih besar.[6] Katharevousa digunakan sebagai bahasa resmi dalam pemerintahan, pendidikan, gereja, kewartaan, dan dalam sastra (hingga akhir abad ke-19).
Pada saat yang sama, Dhimotiki, meskipun tidak diakui sebagai bahasa resmi, namun mengembangkan ragam baku melewati batas negara. Sejak akhir abad ke-19 dan seterusnya, tulisan Dhimotiki menjadi media utama sastra ketimbang Katharevousa. Selama sebagian besar abad ke-20, terjadi konflik politik yang memanas atas penggunaan salah satu dari dua ragam tersebut, terutama terkait masalah penggunaannya dalam pendidikan. Sekolah terpaksa beralih dari satu bentuk ke bentuk lainnya dan kembali beberapa kali selama abad ke-20. Perselisihan tersebut diselesaikan hanya setelah Junta Militer Yunani 1967-1974, yang pendirian ideologis pro-Katharevousa yang kuat pada akhirnya sangat berpengaruh dalam perusakan reputasi bahasa tersebut.[7] Pada tahun 1976, tak lama setelah pemulihan demokrasi,, bentuk Dhimotiki akhirnya digunakan di mana-mana dalam pendidikan dan menjadi bahasa negara untuk semua tujuan resmi.[8] Namun, pada saat itu, bentuk Dhimotiki yang digunakan dalam kebiasaan bukan lagi dialek murni umum, tetapi mulai mengasimilasi unsur-unsur dari tradisi Katharevousa lagi. Pada tahun 1982, diakritik Yunani digantikan oleh ortografia monotonika.[9]
Ilmu linguistika modern telah datang untuk menyebut bentuk yang dihasilkan "Bahasa Yunani Modern Baku" untuk membedakannya dari Dhimotiki pra-1974 dari sastra sebelumnya dan bahasa daerah tradisional. Penulis Yunani terkadang menggunakan istilah "Bahasa Yunani Koine Modern" (bahasa Yunani: Νεοελληνική Κοινή, translit. Neoellinikí Koiní, har. 'Bahasa Yunani Modern Umum'), menghidupkan kembali istilah koiné yang mengacu pada bentuk "umum" dari bahasa Yunani Attika-Ionia. Menurut para cendekiawan, bahasa Yunani Koine Modern adalah "hasil supradialek dari perpaduan Dhimotiki dan Katharevousa".[10] Bahasa Yunani Modern Baku telah memasukkan sejumlah besar kosakata dari tradisi terpelajar, terutama melalui laras bahasa wacana akademik, politik, teknologi dan agama; yang oleh karena itu memasukkan fitur morfologis yang terkait dengan paradigma infleksionalnya, serta beberapa fitur fonologis yang awalnya tidak ditemukan dalam Dhimotiki.
Bahasa Yunani Modern lisan dapat dibagi menjadi berbagai ragam secara kedaerahan. Ada sejumlah kecil variasi yang sangat berbeda dan terpencil yang dituturkan oleh masyarakat yang cukup terpencil, dan rentang yang lebih luas dari dialek arus utama yang kurang berbeda satu sama lain dan dari bahasa Yunani Modern Baku , yang mencakup sebagian besar wilayah linguistik Yunani dan Siprus saat ini. Keilmuan Yunani asli secara tradisional membedakan antara "dialek" murni (διάλεκτος), yaitu ragam yang sangat jelas dan khas, dan "idiom" (ιδίωμα), sub-ragam bahasa yang kurang mencolok. Dalam pengertian ini, istilah "dialek" sering dicadangkan hanya untuk bentuk-bentuk luar utama yang tercantum di bagian berikutnya (Tsakonia, Pontus, Kapadokia, dan Italia), sedangkan sebagian besar ragam bahasa lisan arus utama Yunani masa kini dikategorikan sebagai "idioms".[11] Namun, sebagian besar pakar bahasa yang bukan orang Yunani cenderung menyebutnya sebagai "dialek", yang menekankan tingkat ragam hanya jika diperlukan. Ragam kedaerahan bahasa Yunani dibagi menjadi tiga kelompok utama, Utara, Semi-Utara, dan Selatan, berdasarkan cara sinisasi dan dan penghilangan vokal:[12]
Kategori Selatan dibagi menjadi beberapa kelompok yang mencakup berbagai kelompok dari:
Informasi lebih lanjut: Bahasa Tsakonia |
Tsakonia merupakan ragam bahasa Yunani yang paling berbeda, karena hanya satu-satunya dialek yang bukan diwariskan dari bahasa Yunani Koine (Attika-Ionia), melainkan dari bahasa Yunani Doria.[15] Bahasa ini dituturkan di daerah pegunungan kecil yang agak ke pedalaman dari pesisir timur Semenanjung Peloponnesos, tempat bersejarah Sparta.[16]
Informasi lebih lanjut: Bahasa Yunani Pontus |
Pontus merupakan dialek Yunani yang awalnya dituturkan di sepanjang pesisir Laut Hitam di Anatolia, tepatnya di kawasan yang dulu pernah disebut Pontus. Dari sana, penutur dialek ini merantau ke daerah lain di sepanjang pantai Laut Hitam, di Ukraina, Rusia, dan Georgia. Melalui pertukaran penduduk setelah Perang Yunani-Turki (1919–1922) dan Perjanjian Lausanne (1923), para penutur dialek Pontus dari Turki diusir dan dipindahkan ke Yunani. Dari penutur Pontus di bekas Uni Soviet, banyak yang berimigrasi ke Yunani setelah keruntuhan Soviet.[18] Sekelompok kecil Muslim penutur dialek Pontus tetap tinggal di Turki.[19]
Informasi lebih lanjut: Bahasa Yunani Kapadokia |
Dialek lain dari bahasa Yunani Anatolia yang dipengaruhi oleh bahasa Turki, selain Pontus, kini hampir punah, tetapi digunakan secara luas hingga tahun 1923 di Turki bagian tengah, dan khususnya di Kapadokia.[20] Pada tahun 1923, semua pemeluk Kristen Ortodoks di Anatolia diusir ke Yunani setelah Genosida Yunani (1919–1921) selama pertukaran penduduk antara Yunani dan Turki.[21] Pada tahun 2005, guru besar Mark Janse dan Dimitris Papazachariou menemukan bahwa masih ada penutur asli dari dialek Kapadokia Mistiot di Yunani Tengah dan Utara.[22] Bahasa Yunani Kapadokia menyimpang dari ragam Yunani Romawi Timur lainnya sebelumnya, dimulai dengan penaklukan Turki di Anatolia tengah pada abad ke-11 dan ke-12, sehingga mengembangkan beberapa ciri yang sangat berbeda, seperti hilangnya gender untuk kata benda.[17] Setelah terkurung dari penaklukan tentara salib (Perang Salib Keempat) dan pengaruh Venesia di pesisir Yunani, dialek ini mempertahankan istilah Yunani Kuno untuk banyak kata, berlawanan dengan Dhimotiki yang banyak diserap dari bahasa-bahasa Roman.[17] Penyair Rumi, yang namanya berarti "Romawi", mengacu pada tempat tinggalnya di antara penutur bahasa Yunani "Romawi" di Kapadokia, menulis beberapa puisi dalam bahasa Yunani Kapadokia, mewariskan salah satu bukti paling awal dari dialek tersebut.[23][24][25][26]
Artikel utama: Bahasa Yunani Istanbul |
Bahasa Yunani Istanbul merupakan dialek Yunani yang dituturkan di Istanbul, serta oleh masyarakat perantau Yunani Istanbul di Athena. Hal ini ditandai dengan tingginya kata serapan dan susunan tata bahasa yang diadopsi dari bahasa lain, utamanya yaitu bahasa Turki, Prancis, Italia, dan Armenia.[27] Dialek ini juga mempertahankan beberapa ciri kuno yang hilang dalam dialek lain. Penutur ini dikenal melafalkan "L gelap" (ɫ) and pasronggi.
Informasi lebih lanjut: Bahasa Yunani Italia, Bahasa Yunani Puglia dan Bahasa Yunani Calabria |
Bahasa Yunani Italia mengacu ke dua dialek Yunani yang dituturkan di Italia bagian selatan, yang dulunya merupakan bekas Megale Hellas. Ada dua masyarakat kecil ang tinggal di wilayah Italia di Calabria, ujung selatan Semenanjung Italia, dan di Puglia, sudut paling tenggara. Dua dialek tersebut banyak dipengaruhi oleh bahasa Yunani Doria, tetapi bukan bagian dari Doria seperti halnya bahasa Tsakonia.[28]
Although scholars have not been inclined to transpose to Byzantine literature the former conflict between καθαρεύουσα and δημοτική in modern Greek, the outward appearance of a clear dichotomy in learned and vernacular literature lasts, especially in the manuals, bibliography and lexica.