Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Kesempurnaan, dalam Buddhisme, merujuk kepada konsep pāramī (Pāli; Sanskerta: pāramitā) yang merupakan akumulasi puncak dari kebajikan yang diaspirasikan untuk pencapaian Nibbāna.[1] Syarat suatu perbuatan disebut sebagai kesempurnaan, bukan sebatas kebajikan (Pāli: puñña), adalah terpenuhinya lima unsur berikut ini:
Dalam Tripitaka Pāli aliran Theravāda, kitab Buddhavaṁsa bagian Khuddaka Nikāya menguraikan sepuluh jenis kesempurnaan (Pāli: dasa pāramiyo) sebagai berikut:[2]
Dua dari kualitas di atas, mettā dan upekkhā, juga merupakan bagian dari Brahmavihāra, dan dua lainnya–viriya dan upekkha–merupakan bagian dari Tujuh Faktor Kecerahan.
Dalam aliran Mahāyāna, Prajñapāramitā Sūtra dan sejumlah besar teks Mahāyāna lainnya mencantumkan enam jenis kesempurnaan:[3][4]
Daftar ini juga disebutkan oleh Dhammapala, penulis kitab komentar Theravāda, yang menggambarkannya sebagai kategorisasi dari sepuluh kesempurnaan Buddhisme Theravada. Menurut Dhammapala, Sacca diklasifikasikan sebagai Śīla dan Prajñā; Mettā dan Upekkhā diklasifikasikan sebagai Dhyāna; dan Adhiṭṭhāna termasuk dalam keenamnya.[4] Bhikkhu Bodhi menyatakan bahwa korelasi antara kedua aliran tersebut menunjukkan adanya inti yang sama sebelum aliran Theravāda dan Mahāyāna terpecah.[5]
Dalam Daśabhūmika Sūtra aliran Mahāyāna, empat jenis kesempurnaan tambahan diuraikan sebagai berikut:
Mahāratnakūṭa Sūtra (महारत्नकूट सूत्र, Sutra Tumpukan Permata) juga mencakup empat jenis kesempurnaan tambahan ini, dengan urutan Praṇidhāna dan Bala yang dibalik.
Artikel utama: Kebajikan (Buddhisme) |
Kesempurnaan adalah akumulasi puncak dari kebajikan yang diaspirasikan untuk pencapaian Nibbāna, alih-alih keuntungan duniawi. Kesempurnaan (Pāli: pāramī) berbeda dari kebajikan (Pāli: puñña) dalam arti apabila menghasilkan kelahiran kembali, maka kebajikan yang akan melahirkan makhluk di alam-alam tertentu. Kebajikan tidak akan bisa membuat suatu makhluk keluar dari saṃsāra karena kebajikan berbuah di dalam saṃsāra. Kebajikan mengendorkan ikatan suatu makhluk di saṃsāra, tidak melepaskannya. Dengan kebajikan, seseorang mendapatkan kehidupan yang baik sehingga mempermudah seseorang untuk belajar (pariyatti) dan berlatih meditasi (paṭipatti). Namun, untuk keluar dari saṃsāra, dibutuhkan kesempurnaan atau pāramī. Kesempurnaan membantu penembusan Empat Kebenaran Mulia (paṭivedha) dan pencapaian Nibbāna.[6]