Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini. .mw-parser-output .hidden-begin{box-sizing:border-box;width:100%;padding:5px;border:none;font-size:95%}.mw-parser-output .hidden-title{font-weight:bold;line-height:1.6;text-align:left}.mw-parser-output .hidden-content{text-align:left}Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan. Mengganti markah HTML dengan markah wiki bila dimungkinkan. Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari. Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini. Susun header artikel ini sesuai dengan pedoman tata letak. Tambahkan kotak info bila jenis artikel memungkinkan. Hapus tag/templat ini.
Kue Pupudak atau Susunduk Lawang yang dijual di pasar biasanya dibungkus daun pisang

Pupudak Baras merupakan jajanan khas Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia. Jajanan ini juga sering disebut dengan nama Wadai susunduk lawang (kue palang pintu). Pupudak baras memiliki rasa yang manis dari gula merah, dibungkus daun pisang dengan bentuknya yang lonjong dan berbentuk silinder menjadikan jajanan Pupudak mudah untuk dikenali. Makna filosofi dibungkusnya jajanan ini dengan daun pisang adalah "bahwa sesuatu perbuatan baik yang dilakukan hendaknya tidak perlu diketahui orang."

Bahan-bahan yang di perlukan untuk pengolahannya yaitu tepung beras, gula pasir, santan, garam dan daun pisang yang berbentuk halung sebagai pembungkusnya. cara pengolahannya pertama rebus terlebih dahulu santan kelapa sampai menjadi bula-bula, tepung beras disiram air panas, tambahkan gula pasir, garam dan bula-bula, diaduk hingga jadi adonan cair. Selanjutnya adonan tadi dituang ke dalam halung yang sudah disiapkan, lalu ujungnya dilipat dan dikunci dengan tusukan lidi agar tidak tumpah, seterusnya dimasak dengan cara dikukus.[1]

Rujukan

  1. ^ Rahmawati, Neni Puji Nur,. Makna simbolik dan nilai budaya kuliner "wadai Banjar 41 macam" pada masyarakat Banjar Kalsel (edisi ke-Cetakan pertama). Yogyakarta. ISBN 978-602-1228-94-4. OCLC 957057293.